Mohon tunggu...
Dzulfikar
Dzulfikar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Content Creator

Blogger dan Content Creator. Member Kompasiana sejak Juni 2010. Aktif menulis di blog bangdzul.com dan vlog https://www.youtube.com/@bangdzul/

Selanjutnya

Tutup

Money

Ramainya Warung Nasi Si Empok

8 Juni 2012   20:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:13 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1339156666278217315

warung nasi si empok

Dua tahun yang lalu tepatnya setelah lebaran si empok, begitu kami para pelanggan memanggilnya, mulai berjualan nasi persis di belakang ruko. Kebetulan satu-satunya akses pejalan kaki tepat berada di depan rumah kontrakan si empok. Saat itu warung nasi si empok masih menggunakan bangunan seadanya dengan kelengkapan satu buah kursi panjang lengkap dengan mejanya. Furniture sederhana itu jelas terlihat dibuat dari bahan/kayu bekas pakai.

Dulu, ketika pertama kali mengunjungi warung si empok, saya sudah jatuh hati pada masakannya. Masakannya bukan masakan seperti khas warteg. Masakannya begitu mengingatkan saya dengan rumah di kampung halaman. Lauk pauknya sederhana, namun benar-benar cita rasa masakan rumah. Sehingga saya yang merasakannya seolah berada di rumah sendiri.

Entah kenapa para pelanggan, termasuk saya, memanggil ibu dengan satu anak itu empok. Mungkin karena disekeliling ruko adalah warga Betawi maka kami pun ikut-ikutan memanggilnya empok. Namun, kini terkuak sudah jati diri sebenarnya. Ternyata si empok wong Jogja. Dia begitu bangga menempelkan foto Sri Sultan Hamengkubuwono beserta istrinya GKR Hemas persis di belakang tempat dia melayani para pelanggan.

Di warungnya yang sudah luas ini terdapat dua pepatah jawa yang begitu mendalam artinya. Kedua pepatah ini sengaja dipasang dengan menggunakan pigura yang minimalis. Isinya kurang lebih begini:

Aja semangkeyan rumangsa dadi wong sugih, nuli lali marang wong tuane, jalaran iku ateges ora mikani Pangeran.

Yang artinya kurang lebih "jangan sok menjadi orang kaya sehingga lupa sama orang tuamu, ....." nah selanjutnya ini tolong diartikan ya mase mbake, gambarnya kurang bagus jadi tidak jelas tulisan artinya hehehe

Sing Sapa Rumangsa Pinter Dhewe, Sejatine Dheweke Bodho Dhewe.

Yang artinya kurang lebih "Barang siapa yang merasa paling pandai, sesungguhnya dia adalah orang paling bodoh."

Disebelah warung si empok, kebetulan ada sebuah bengkel pembuatan furniture. Sehingga banyak sekali para tukang kayu yang bekerja disana. Barangkali awal berdirinya warung ini mungkin dikhususkan bagi para tukang kayu supaya tidak terlalu jauh ketika mencari makan. Tapi tak disangka ternyata sebagian besar penghuni ruko kini makan siang di warung si empok.

Saat ini saya melihat si empok sudah ditemani seorang asisten. Sebelumnya si empok memang melayani pelanggan sendirian. Nah, suaminya kemana? Saya belum pernah bertanya secara langsung. Mungkin suaminya adalah salah satu tukang kayu di bengkel furniture sebelah.

Kini teras kontrakan si empok sudah disulap menjadi warung nasi sederhana yang hampir setiap hari didatangi penghuni ruko. Warung si empok memang warung nasi paling dekat dengan ruko. Ada beberapa warteg di belakang tapi memang cukup memakan waktu dengan jalan kaki.

Si empok memiliki seorang anak perempuan yang duduk di bangku SD. Biasanya jika pulang sekolah anaknya sudah mulai merengek-rengek diperhatikan. Sementara si empok jadi dilematis saat seperti itu justru pelanggan sedang banyak-banyaknya untuk datang makan siang. Dulu si empok masih terlihat sesekali menyuapi anaknya. Tapi semenjak warungnya di perbesar dan menjadi ramai sudah jarang sekali saya melihat si empok menyuapi anaknya. Barangkali anaknya sudah bisa mandiri alias makan sendiri.

Kisah perjalanan usaha si empok ini mungkin bisa menjadi inspirasi. Jika memang ada ruko dibangun hal yang paling banyak dicari adalah warung nasi. Kebetulan saya bekerja di tiga ruko yang berbeda dengan daerah yang berbeda pula. Nah di ruko di Bintaro inilah warung nasi bisa lebih banyak di jumpai salah satunya adalah warung si empok. Sedangkan di BSD, untuk mencari warung nasi. Saya harus keluar ruko menggunakan motor. Selain jaraknya jauh harganya juga tidak seramah warung si empok. Begitu juga dengan di Joglo, Jakbar.

Empok-empok, ternyata usaha warung nasimu kini semakin besar. Dulu empok masih bisa diajal ngobrol. Sekarang empok udah sibuk melayani pelanggan jadi susah ane ngajakin ngobrolnya pegimane. Tapi gak papa sih mpok, ane demen usaha empok tambah maju sekarang ini. Moga karir empok sebagai usahawan warung nasi bisa diliput berbagai media setelah ane liput hehehehe.

Salam

@gurubimbel

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun