Mohon tunggu...
Fika Fatiha
Fika Fatiha Mohon Tunggu... Lainnya - Beriman, Berilmu, Beramal

Menulis Karena Ga Bisa Menggambar

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Trauma Itu Sebenarnya Tidak Ada, Mengapa Demikian?

19 Mei 2023   13:15 Diperbarui: 19 Mei 2023   13:18 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://biropsikologilestari.com/2021/10/06/bagaimana-cara-berdamai-dengan-trauma-masa-lalu/

Dunia merupakan tempat ujian manusia. Dunia hanya di ciptakan untuk sementara. Dunia yang saat ini kita keluhkan, kita permasalahkan, kita benci perlahan akan hancur, akan musnah dan tidak ada lagi manusia yang menempatinya.

Saat hidup di dunia kita menciptakan ataupun mengalamai berbagai macam pengalaman, ada pengalaman baik dan ada pula pengalaman yang kita sebut adalah pengalaman buruk.

Pengalaman buruk biasanya lebih gampang diingat dibandingkan dengan pengalaman baik. Saat kita bertemu dengan seseorang misalnya, otak kita pasti otomatis akan menangkap pengalaman buruk saat bersamanya, apalagi jika itu disertai dengan sifat benci, jijik, iri, dengki dan hasad kepada orang tersebut.

Pengalaman buruk yang ada di memori kita umumnya akan berdampak pemberikan keputusan (accepting) kepada diri kita bahwa AKU BEGINI KARENA ORANG TUAKU MEMPERLAKUKAN KU SEPERTI INI, atau AKU BEGITU KARENA TEMANKU DULU MEMPERLAKUKANKU SEPERTI ITU. Apa contohnya?

Misal, si Fulan merupakan orang yang sering gampang marah setiap kali ia mendapat perlakuan yang tidak mengenakan hatinya, kemarahannya tidak hanya dalam kata-kata saja tapi ia juga melakukan kemarahan tersebut dengan cara membanting barang-barang disekitarnya. Darimana si Fulan bisa memiliki karakter seperti itu? Si Fulan beralasan bahwa ia memiliki sifat pemarah karena sering melihat orang tuanya pula yang pemarah dan membanting barang-barang di sekitarnya, maka iapun secara tidak sadar mengikuti memori kecilnya untuk memperlakukan hal yang sama terhadap orang-orang di sekitarnya.

Adapula si Fulan lain yang memiliki pengalaman di bully karena fisiknya yang tidak sempurna. Perundungan dari teman-teman si Fulan ini atau bahkan sampai mendapat perlakuan hingga di siksa membuat si Fulan tidak ingin keluar rumah, ia beranggapan bahwa semua manusia jahat padanya, ia menganggap dirinya bahwa ia trauma dengan orang-orang di luar rumahnya.

Dari pelajaran yang kita ambil disini, kita tahu bahwa umumnya pihak yang salah adalah mereka (orang tua) yang mencontohkan sifat marah tersebut sehingga menurun pada anaknya, dalam kasus bullying umunya kita pasti akan menyalahkan pihak permbully sehingga menyebabkan si Fulan tersebut menjadi tidak mau untuk keluar rumah. Apakah menyalahkan pihak luar itu benar? Ya, benar tidak ada yang salah dalam hal ini, kita boleh saja menyalahkan pihak luar dalam hal ini tetapi harus diimbangi pula dengan sifat intropeksi diri dari sang anak yang di contohkan sifat pemarah oleh orang tuanya dan sang anak yang di bully oleh orang lain tersebut.

Proses pertama yang harus dilakukan saat kita menganggap bahwa kita bisa begini karena masa lalu adalah dengan cara sadar jiwa, sadar akal pikiran dan sadar tindakannya. Apa saja contoh kesadaran yang harus kita tahu?

  • Sadar bahwa jalan hidup ada di tanganmu sendiri

Persoalan antar hubungan manusia alasannya bukanlah karena mereka, melainkan persoalannya adalah pada dirimu sendiri. Hidupmu bukanlah sesuatu yang diberikan oleh orang lain, tetapi hidupmu saat ini adalah sesuatu yang engkau pilih (terima/accepting) saat ini. Kitalah yang bisa memutuskan bagaimana kita akan menjalani hidup kedepannya.

Terlalu terkungkung oleh masa lalu, membuat kita tidak akan pernah maju. Kita harus sadar bahwa masa lalu tidak dapat di ubah, tapi masa lalu dapat kita jadikan pelajaran hidup agar tidak mengulangi kesalahan yang sama, baik dari kesalahan diri sendiri maupun dari kesalahan orang lain.

  • Sadar untuk tidak terkungkung masa lalu sebagai alasan masa kini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun