Hanya dalam hitungan jam - pada hari yang sama - dua mega bintang sepak bola, Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo  harus angkat kaki dari ajang paling bergengsi di planet ini dengan cerita duka yang hampir sama.
Dua gol pemain Paris Saint-Germain (PSG), Kylian Mbappe yang mempengaruhi skor akhir ketika Argentina dikalahkan Prancis 4-3 adalah ucapan resmi selamat tinggal kepada Messi dan kawan-kawan.
Pun demikian yang dialami Ronaldo. Kegagalan Ronaldo dan kawan-kawan di babak 16 besar juga berkat dua gol pemain PSG, Edinson Cavani  ketika Portugal dikalahkan Uruguay 1-2.
Kegagalan Messi mengeksekusi penalti di babak penyisihan Grup D ketika Argentina bermain buruk saat ditahan  imbang  Islandia 1-1  seolah pertanda bahwa pemain bernomor punggung 10 tersebut tak kan mampu bermain gemilang pada babak selanjutnya.
Terbukti, Messi hanya bisa  mencetak satu gol dan terhenti di fase gugur untuk selanjutnya angkat koper dari Rusia dengan tetes air mata.
Begitu juga dengan Ronaldo. Penampilan menawan di babak awal penyisihan grup ketika berhasil membuat hattrick saat menahan imbang Spanyol 3-3 dan berhasil mencetak satu gol saat berhadapan dengan Maroko ternyata tidak berlanjut.
Sama dengan Messi, Ronaldo juga gagal menjaringkan gol dari titik putih ketika mendapat hadiah penalti saat melawan Iran pada pertandingan akhir penyisihan Grup B.
Puncaknya, pemain beralias CR7 tersebut tak mampu berbuat apa-apa saat timnya tertinggal 1-2 dari Uruguay hingga wasit meniup peluit panjang pertanda pasukannya harus meninggalkan lapangan  sekaligus angkat koper meninggalkan Rusia dengan tetes air mata. Sama seperti rivalnya di La Liga.
Seusai pertandingan Prancis vs Argentina, saya menulis di dinding Facebook, 'Menangislah, Messi. Bangkitlah kembali on the next World Cup'. Bukan bermaksud mengejek, tapi  memang fakta membuktikan sang bintang tak mampu berbuat apa-apa.
Ketika Portugal tertinggal 0-1 pada babak pertama, saya juga sempat menulis di Facebook, 'Akankah Ronaldo menangis bersama Messi?' Apa yang saya tulis sebenarnya bukan doa atau harapan agar Portugal tersingkir seperti Argentina. Ungkapan tersebut adalah suatu kekhawatiran saya bahwa Portugal akan gagal.
Bagaimanapun, sebagai fans Luis Figo - bahkan nama Figo saya abadikan sebagai nama anak kedua  saya - tentu saja dalam Piala Dunia kali ini saya menjagokan Portugal untuk mencipta sejarah menjulang piala.