Mohon tunggu...
Fitri Handayani
Fitri Handayani Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Berhenti berfikir dari segi keterbatasan. Memulai dari segi kemungkinan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Contoh itu Jitu

16 Mei 2017   19:49 Diperbarui: 16 Mei 2017   20:26 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: google image

Guru dan orang tua sering berkeluh kesah akan perilaku anak muridnya. Dalam tanda kutip anak murid mereka mengalami masalah. Seperti, nakal, susah diatur, membantah, dan lain-lain.

Dari satu guru dengan guru yang lain. Guru dengan orang tua. Dari satu orang tua dengan orang tua yang lain. Mereka sering sharingbagaimana kelakuan anak muridnya. Kebanyakan mereka bercerita bahwa anak muridnya susah di atur dan tidak pernah berubah mesipun sudah dinasehati berkali-kali. Bahkan kebaikan, kejujuran, istiqomah, sopan santun, lemah-lembut, dan hal-hal lain yang bersifat positif sudah di ajarkan kepada anak mereka. Tapi mengapa anak tersebut masih saja nakal atau berbuat hal-hal yang negatif???

Sebenarnya guru atau orang tua sering lua mereka hanya menasehati atau menceramahi anak murid mereka, mereka tidak memberikan contoh tindakan yang  realyang ada pada diri mereka. Cotohnya orang tua menyuruh anaknya untuk belajar sedangkan orang tua asyik menonton TV. Seharusnya sebagai orang tua mereka menemani anaknya untuk belajar. Sehingga mereka tidak menganggap “Alah, Orang tuaku saja tidak belajar, nyuruh belajar tapi dia nonton TV, gimana mau belajar.” karena memberkan mereka contoh atau suatu tindakan yang ada pada diri kita akan merevolusi mental dan perilaku anak.

Pernah diceritakan suatu kisah nyata, bahwa ada seorang orang tua (Bapak-bapak) dia pergi kesekolah dengan pakaian yang sederhana dan alas kaki bermodal sandal jepit menghadiri rapat pengambilan rapot. Ketika disuruh tanda tangan dan menulis nama dia meminta maaf “Maaf Bu saya tidak bisa menulis!.” Ucapnya. Sedangkan orang tua yang lain berpakaian rapi, seperti memakai batik bahkan berjas menertawai Bapak tersebut. Ternyata pada saat rapat anak Bapak tadi mendapatkan nilai tertinggi khususnya pada mata pelajaran matematika.

Kemudian ditanyalah oleh seorang guru “Bapak, bagaimana Bapak bisa mengajari anak Bapak sehingga bisa mendapat nilai tertinggi?

Saya tidak bisa membaca dan menulis, ketika saya menyuruhnya belajar, saya ikut menemani anak saya ketika dia belajar meskipun saya tidak bisa membaca dan menulis. Ketika ada waktu luang, seperti ketika saya pulang kerja sebagai pemulung.”

Dari kisah tersebut banyak hal yang dapat kita pelajari, bahwa anak membutuhkan kasih sayang dari orang tua, jika kita menegur anak dengan nasehat-nasehat yang positif, kita harus memberikan contoh yang real kepada mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun