Barangkali, dari sekian banyak jenis sampah, sampah sisa makanan lah yang paling menarik perhatianku. Bagaimana tidak, selain menebarkan aroma yang busuk, sampah sisa makanan juga bisa dengan mudah mengundang lalat, nyamuk, belatung dan mikroorganisme lainnya serta merusak pemandangan.
Hal ini tidak berlebihan, karena faktanya, penyumbang volume sampah terbesar di Indonesia bukanlah plastik atau limbah zat-zat lainnya, melainkan limbah sisa makanan yang berada di angka 41,55% (SIPSN, 2022).
Namun, isu sampah sisa makanan kurang popular dibandingkan isu sampah plastik karena masih kerap dianggap sepele mengingat sampah sisa makanan termasuk dalam kategori sampah organik yang memang bisa diuraikan. Berbeda dengan plastik yang tidak dapat diuraikan dan dianggap berbahaya untuk jangka panjangnya.
Padahal, sampah sisa makanan memiliki dampak berbahaya jangka pendek jika tidak segera ditangani dengan serius. Kok bisa ? ya, sebab dari sampah sisa makanan inilah gas metana diproduksi. Gas metana sendiri merupakan unsur utama dalam proses emisi karbon penyebab rumah kaca dan pemanasan global.
Masih ingatkah bencana Leuwigajah tahun 2015 silam yang menelan korban meninggal hingga ratusan orang akibat ledakan gunungan sampah di TPA ? bencana ini mengakibatkan longsor sampah dan menenggelamkan hingga dua desa di sekitar TPA tersebut. Dan ternyata, pemicu ledakan adalah akibat reaksi kontaminasi gas metana yang berasal dari sampah sisa makanan.
Artinya apa ? artinya sudah saatnya kita tidak meremehkan dan menganggap sepele sampah sisa makanan ini karena memang memiliki dampak jangka pendek yang sangat berbahaya, bukan saja untuk lingkungan tapi juga nyawa manusia.
Nah, mumpung di bulan Ramadan, kenapa gak jadi momen memperbaiki pola pikir untuk lebih perhatian dan tidak apatis terhadap isu sampah, khususnya sampah sisa makanan ? gak sulit kok, apalagi sampah sisa makanan ini sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari kita, sehingga langkah kecil dan sederhana bagaimanapun pasti akan sangat membantu untuk setidaknya mengurangi volume sampah sisa makanan.
Bagaimana caranya diet sampah sisa makanan di bulan ramadan ?
Pertama, jangan tinggalkan sahur dan berbuka. Santap sahur dan berbuka akan menghindarkan kita dari dehidrasi dan rasa lapar yang hebat. Dehidrasi dan lapar yang hebat akan memicu "lapar mata" sehingga mengakibatkan porsi makan kita tidak terkontrol sementara kekuatan lambung tidak seimbang. Akibatnya, akan banyak makanan tersisa dan menjadi sampah sisa makanan.
Kedua, cukupi kandungan gizi dan nutrisi selama puasa. Ini juga berpengaruh, sebab kecukupan gizi dan nutrisi akan membuat organ-organ tubuh berfungsi dengan baik dan menjaga imunitas tubuh. Tubuh yang sehat akan membuat kita tidak mudah lapar dan tetap aktif meski sedang berpuasa.