Mohon tunggu...
Fifin Nurdiyana
Fifin Nurdiyana Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

PNS, Social Worker, Blogger and also a Mom

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Karena Anak yang Orangtuanya Bercerai Juga Berhak Sehat Mental

4 Agustus 2022   08:22 Diperbarui: 5 Agustus 2022   04:32 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak yang orangtuanya bertengkar (sumber: vadimguzhva)

"Setiap anak ingin keluarga yang sempurna, tapi tidak semua anak memilikinya..." --- anonim

Kita semua sepakat, definisi keluarga sempurna adalah keberadaan orangtua dan anak-anak yang lengkap dan utuh, rumah yang nyaman, segala kebutuhan tercukupi dan kehangatan kasih sayang yang melimpah. Dengan begitu, besar harapan hubungan orangtua akan selalu harmonis dan anak-anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Namun, terkadang kenyataan tidaklah seindah ekspektasi. Faktanya, masih banyak anak-anak yang tidak memiliki keluarga sempurna. Salah satunya adalah anak-anak yang berlatarbelakang keluarga broken home. 

Anak-anak itu harus menerima kenyataan, bahwa kedua orangtuanya telah bercerai. Konsekuensinya, mereka akan kehilangan harapan memiliki keluarga yang sempurna.

Data Badan Pusat Statistika (BPS) menunjukkan bahwa di tahun 2021 angka perceraian di Indonesia mencapai 441.743 kasus dan mengalami tren naik dibanding tahun 2020 yang berada di angka 291.677.

Tentu saja sangat beragam faktor penyebabnya, diantaranya faktor ekonomi, perselingkuhan, ketidakcocokan, stress hingga faktor kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Apalagi sejak tahun 2019 kita tengah dilanda situasi pandemi Covid 19 yang sangat berdampak pada kondisi kehidupan masyarakat. Situasi yang serba sulit ditengarai menjadi salah satu faktor utama terus meningkatnya angka perceraian.

Lantas, apa yang harus dikhawatirkan terhadap anak-anak yang orangtuanya bercerai?

Sebuah studi menyebutkan bahwa kondisi rumah tangga yang broken dapat menyebabkan anak-anak mengalami depresi mental (tekanan mental), sehingga tidak jarang anak-anak dengan kondisi broken home cenderung memiliki perilaku yang buruk (Aziz, 2019).

Seperti diketahui, anak-anak memiliki hak untuk mendapatkan kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan hidupnya, seperti sekolah, bermain, sandang, pangan maupun papan. Namun, dengan keadaan keluarga yang tidak utuh dan bermasalah, anak-anak akan kehilangan hak-haknya.

Mereka harus menelan pil pahit bahwa kedua orangtuanya sudah tidak bersama lagi. Ini artinya, pemenuhan kebutuhan mereka sebagai anak juga akan memiliki hambatan, seperti kurangnya perhatian, tidak terpenuhinya kebutuhan sehari-hari hingga ketidakpedulian orangtua akan masa depan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun