Mohon tunggu...
Fifin Nurdiyana
Fifin Nurdiyana Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

PNS, Social Worker, Blogger and also a Mom

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Laci

28 Juli 2020   15:58 Diperbarui: 28 Juli 2020   17:21 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah beberapa hari ini aku sengaja membiarkan laci ruang kerjaku tak terkunci. Sejak kejadian uang hilang seminggu lalu membuatku geram dan penasaran, siapa yang tega mengambil uangku di dalam laci. Seluruh karyawanku tak ada yang mengaku. Semua serempak menjawab "tidak tahu". 

Rasanya ingin ku dukuni saja pelakunya. Konon, pelakunya bisa dibuat sakit perut sehingga bisa ketahuan siapa malingnya. Aku belum pernah mendukun tapi tidak ada salahnya juga dicoba. Tapi setelah berpikir lebih jauh, niat coba-cobaku kuurungkan dan lebih memilih upaya penjebakan. 

Ya, aku sedang beraksi menjebak si pelaku dengan memberi umpan "laci meja tempat biasa kusimpan uang dalam keadaan tak terkunci". Aku berharap malingnya kembali tertarik untuk mengambil uang di laci. Sementara aku sudah mempersiapkan kamera mata-mata tersembunyi yang selalu ready sepanjang hari.

Namun ternyata tidak mudah melakukan penjebakan. Bisa jadi malingnya lebih pintar dari aku. Dia tahu bakal dijebak sehingga tidak mengulangi lagi perbuatannya. Ah, tapi aku tak putus asa. Kesabaran akan membuahkan hasil. 

Tepat seminggu sejak kubiarkan laciku tak terkunci, tiba-tiba pagi ini aku dikejutkan dengan raibnya beberapa lembar uang berwarna merah di laci jebakan. Campur aduk rasanya, antara sedih karena uangku kembali hilang tapi juga bahagia dan deg-degan karena aku bakal segera tahu siapa pelakunya. Tak sabar rasanya aku ingin membuka rekaman kamera yang telah kupasang di tempat tersembunyi.

Tanpa basa-basi aku segera mengambil kamera dan menghubungkannya ke laptop. Berdegup hati ini. Siapa pelakunya ???

Hasil rekaman masih kosong beberapa saat hingga tiba di menit ke 59, tiba-tiba layar laptop semburat menghitam. Tak ada gambar apapun yang terlihat. Aku tertegun. Kucoba mengotak-atik laptopku yang mungkin sedang error. Tapi nihil. berkali-kali kuputar kembali hasil rekaman, hasilnya sama. layar semburat hitam.

Aku terdiam seribu bahasa. Tak ada kata dan rasa yang bisa mewakili perasaanku saat ini. Kesal, kecewa, merasa gagal dan merasa kecolongan lagi. Sia-sia upaya penjebakan ku.

Tiba-tiba pintu ruanganku diketuk. Sarah, salah satu karyawanku masuk dengan wajah pasi.

"Bu, saya menemukan ini di gudang belakang..." ucapnya seraya menyodorkan enpat gepok uang merah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun