Mohon tunggu...
Fifin Nurdiyana
Fifin Nurdiyana Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

PNS, Social Worker, Blogger and also a Mom

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Rumah Pohon

28 Juni 2019   13:05 Diperbarui: 29 Juni 2019   14:25 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Rumah di atas Pohon (Foto: The Gibbon Experience ) | Kompas.com

Sementara itu, pak Lebah sibuk mengerahkan ratusan lebah lainnya untuk melakukan penyerangan pada manusia-manusia pelaku penebangan liar itu. Para manusia penebangan liar lari tunggang langgang mencoba menyelamatkan diri. Ada yang bersembunyi dibalik pohon, ada yang melindungi wajahnya dengan memakai helm, ada yang berlindung di balik mesin penebang pohon, ada juga yang berusaha melawan dan menghalau lebah-lebah tersebut.

Pak Tupai tak mau ketinggalan. Di saat mereka panik menghindari sengatan lebah, pak Tupai dan teman-temannya dengan lincah dan cerdik berusaha merusak tuas mesin penebang pohon dengan gigi-giginya yang tajam.

Manusia-manusia yang tak sayang bumi dan hutan itu pun menghentikan sementara kegiatan penebangan hutan. Mereka bukan saja menghadapi sengatan lebah yang pedih dan panas tapi juga harus menghadapi kepungan penduduk yang telah datang di hutan.

"Oh, jadi ini yang menyebabkan kera-kera itu lari ke perkampungan kami!" teriak salah satu penduduk dengan nada marah

"Kalian semua benar-benar keterlaluan ya! kalian sudah merusak hutan ini! kalian merusak ekosistem yang ada! kalian sudah menghancurkan rumah hewan-hewan yang ada di hutan ini! itulah kenapa para kera lari ke perkampungan, karena kalian sudah merusak rumah mereka!" tukas penduduk yang semakin marah.

Dengan penuh semangat, para penduduk pun berusaha menghalau mereka untuk tidak melanjutkan aksinya menebang pohon secara liar di hutan. Para penduduk memaksa mereka untuk segera meninggalkan hutan.

Akhirnya, usaha pak Tupai dan kawan-kawan membuahkan hasil. Aksi penebangan pun dihentikan dan para manusia bergegas meninggalkan hutan.

Ibu burung tak kuasa menahan airmatanya. Ibu burung menangis bahagia karena rumah pohonnya tak jadi dihancurkan. Anak-anaknya pun tetap bisa tidur nyenyak di rumah yang ia bangun dari ranting-ranting pohon dan dedaunan.

Pak Kera juga tak kalah bahagia. Kini ia tak gelisah lagi. Ia tetap bisa bergelantungan di ranting-ranting pohon. Tetap bisa duduk mencari kutu di pucuk pohon.

Pak Lebah tertawa puas. Rumah pohonnya yang berbentuk bulatan lonjong akhirnya bisa terselamatkan dan tetap bisa menggelantung di pohon Sawo.

Pak Tupai tersenyum sembari merebahkan diri. Kini ia bisa melanjutkan tidurnya kembali dengan lega tanpa terganggu oleh suara-suara mesin penebang pohon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun