Mohon tunggu...
Fifi Dewi
Fifi Dewi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tentang Cinta, Hati, dan Pikiran

16 Maret 2018   15:57 Diperbarui: 16 Maret 2018   16:03 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: unlockedreams.tumblr.com)

Tersenyum lirih. Hanya terlintas begitu saja, cinta dalam pikir sudah membuat tersenyum. Tetapi, entah.... Apa arti yang tersembunyi dalam senyum itu. Bisa jadi senyum senang, senyum haru, senyum karena menahan sesuatu atau senyum yang menyembunyikan sisksa batin. Dan sekali lagi tersenyum kecil.

Hanya karena cinta kadang hidup bisa menjadi sangat rumit. Tiba-tiba datang dengan sekeranjang harapan manis penuh kebahagian. Lalu sesaat menguras telaga air mata hingga gersang walau saat itu musim sedang semi. Lagi-lagi tersenyum lirih.

Tiap manusia memanglah punya cinta. Cerita didalamnya pun tidak pernah ada yang sama. Mungkin hanya mirip kalaupun ada. Namun, cinta yang seperti apa yang dikehendaki. Itupun sebenarnya tak seorang pun yang punya hak untuk memilih. Karena hidup dan cinta telah teratur oleh sang Maha Cinta. Tuhan yang selalu bersemayam, selalu menemani dalam hati.

Cinta... Sambil tersenyum kecil...

Cinta itu rasa yang alami. Dia tumbuh didalam hati nurani. Seperti bayi yang baru lahir dia murni. Dia bisa berbinar sangat membahagiakan hingga membuat lupa bahwa hidup bukan hanya antara kau dan cinta. Dia juga bisa sangat menyakiti membutakan hingga tak mampu lagi merasakan indahnya menatap langit dikala senja yang cerah.

Tersenyum lagi. Kala memikirkan apa sebenarnya cinta. Kadang sampai bingung untuk mengartikanya. Hingga membuat senyum kecil itu berubah sedikit lebih lebar atau tangis sendu.

Kehangatan cinta bisa begitu terasa membahagiakan kala pikiran dan hati berjalan dalam satu tujuan. 'Cahaya cinta'. Namun, kenistaan cinta menghancurkan ketika pikiran dan hati mulai menemui persimpangan yang menyesatkan.

Cinta tercipta dihati sangat lemah dan rentan rapuh. Tergores sedikit saja kadang sudah sangat menyakiti. Hingga membekas tak terobati. Tak jarang sang hati menyimpan luka itu hingga waktu tak mampu melupakanya. Sedangkan pikiran lebih berkuasa menentukan arah cinta harus kemana.

Saat pikiran mulai menggoyahkan cinta, hendaknya hati semakin kokoh mengingat Tuhan yang selalu bersemayam, menemani dan menjaga nurani. Saat pikiran mulai mengarahkan kejalan yang salah. Hendaklah hati terus mengalir mengikuti arus. Ketika arus itu mulai deras, menepilah istirahatkan hati, menunggu hingga waktu membawa derasnya arus berlalu.

Mungkin sebagian kecil naluri yang lain akan sedikit protes. Membisikan kata "mengapa harus menepi? Menyerahkan pada keadaan? Mengapa tidak melawan arusnya hingga terbukti kebenaran apa yang telah dibawanya berlalu?" Keinginan hati yang lain untuk peduli dan memperjuangkan. Tapi tak selalu bisa membawa harapan baik.

Kadang menepi, diam dan membiarkan semua berlalu malah yang bisa membuat keadaan membaik. Karena kewajiban sang naluri untuk selalu menjaga hati dan pikiran tetap berjalan dalam satu arah tujuan yang sama. Ada alasan yang kadang membuat diam dan mengalah bukan berarti kalah. Hanya saja tidak ingin pikiran jahat memprovokasi hati menjadi nista. Membiarkan keadaan seperti apa adanya karena perdebatan tak kan ada hasil dan guna yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun