“Memangnya kenapa?” Tanya Halimah lagi.
“Bodoh itu namanya.”
“Tapi, Tuhan saja memberi maaf, masak manusia tidak bisa.”
“Ya justru karena kita ini cuma manusia, Say. Kita tidak maha pengampun seperti Gusti Allah.”
Halimah menghela napas lalu menjauh dari Omnya. Dia menatap lekat lelaki cabul itu dengan mata penuh wibawa dan daya. Dia berikan senyum indahnya. Cantik sekali. Sebuah keindahan ala kembang berumur dua puluhan yang sedang mekar-mekarnya.
“Berengsek. Omku yang cabul ini, rupanya titik kelemahannya adalah sang dara muda.” Begitu gumam Halimah.
Ketika dia melihat tanda-tanda bahwa sang tante akan keluar dari kamar mandi, Halimah segera menjauh dari dapur dan menyusupkan diri di antara dua adik sepupunya. Saat dia lihat smartphone miliknya, ada sebuah pesan singkat dari Omnya: kamu akan pulang ke Sumber Sono kan, weekend minggu depan kita berangkat bareng yuk. Berdua saja tapi. Jangan bilang Tante ya.
Halimah tersenyum tipis. Dia teringat akan banyaknya foto dirinya sebelum tidur yang tersimpan di smartphone milik adik sepupunya.
Sda, Februari 2021