Mohon tunggu...
Fidiar_
Fidiar_ Mohon Tunggu... Penulis - Hello, welcome in this room. Enjoy and happy reading!

www.goresanpenakreatif.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Pemilik Pesan

12 Februari 2019   10:42 Diperbarui: 12 Februari 2019   14:20 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.



Sang pemilik pesan memang suka menulis pesannya lalu mengirimnya kepada Sang Putri.

Daripada harus berkata langsung dihadapan Sang Putri untuk menemuinya

Sang pemilik pesan hanya ingin bersembunyi dahulu dan berkata dalam pesannya saja kepada Sang Putri

Sang pemilik pesan lebih memilih tertawa

Daripada harus marah terhadap Sang Putri, karena Sang Putri suka berimajinasi dalam ceritanya

Sang pemilik pesan, tak suka dan tak pandai berkata-kata manis

Ia lebih suka berkata hal yang benar daripada harus berkata manis lalu sia-sia...

Sang pemilik pesan memang pandai membuat Sang Putri tersipu malu dibuatnya dengan ungkapan isi hati sang pemilik pesan  

Perihal jarak, ruang dan waktu yang berbeda. Sang pemilik pesan selalu menyematkan seikat bunga edelweis dengan suratnya untuk diberikan kepada Sang Putri. 

Sang pemilik pesan berkata dalam suratnya "Atas nama rindu yang berkecamuk dalam hati Tuan.Tuan tak tahu, sampai kapan Tuan akan selalu mengirim surat seperti ini. Tuan sudah jatuh dan jangkar kapal Tuan sudah jatuh di pelabuhanmu, wahai putri. Kusematkan seikat bunga edelweis, agar Tuan tetap abadi dalam hatimu. Walau Tuan tak tahu kapan Tuan akan bertemu denganmu lagi, wahai Putri.
Entah, sampai berapa lama Tuan harus jatuh dahulu merasakan jatuh dipelabuhanmu. Mungkin inilah cara Tuan untuk mengerti dan merasakan jatuh dahulu, baru merasakan bangkit dari jatuh-jatuhya jangkar kapal Tuan dipelabuhanmu wahai Putri."

Sang Putri percaya waktu yang terbaik akan mempertemukan ia dengan Sang pemilik pesan. Untuk mengungkapkan tutur katanya secara langsung dengan Sang pemilik pesan. 

"Tuan, akulah Sang Putri yang menyematkan perihal tentangmu  ketika aku sedang berbincang dalam hatiku dengan Sang Pencipta, aku tak pernah bosan-bosannya menceritakan tentangmu dalam setiap perbincanganku dengan Sang Pencipta sebelum purnama akan berganti dengan senja. Sebelum purnama menghapus jejak sinarnya dari malam." ujar Sang Putri menulis balasan suratnya untuk Sang pemilik pesan.

Ratusan purnama sudah berlalu, Sang Putri menunggu kedatangan Sang pemilik pesan yang tidak akan menemui dirinya,tiada pesan lagi yang tersurat, yang dikirim untuk Sang Putri. Bunga edelweis, abadi sama seperti tulisan tangan Sang pemilik pesan yang abadi tertulis tanpa pudar diatas surat-surat yang ia kirimkan kepada Sang Putri. 

"Seperti bunga edelweis, abadi. Pesan-pesanmu tak pudar dari lembaran kertas putih. Pesan-pesanmu selalu memanggilku untuk kembali membaca semua pesan yang kau berikan padaku Tuan. Meskipun aku tak tahu kemana Tuan pergi. Aku percaya kisah sebentar kita tetap abadi diatas langit biru dan diatas kertas putih." ujar Sang Putri dalan benaknya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun