saya ingat waktu masih di sekolah dasar, memilih jajanan dengan harga murah dan banyak itu menjadi yang utama.
ketika di sekolah menengah pertama tak jauh berbeda pula,Â
saat SMA mungkin remaja yang dianggap dewasa mulai sedikit paham, tentang makanan yang dinikmati dengan rasa, namun itu hanya sesekali dalam sebulan. "maklum"Â
Saya pertama kali bertemu bang justin dengan kedainya ketika semester akhir saat kuliah, mendengar dari beberapa teman yang seringkali merekomendasikan dan mengajak kesana.Â
ada kesan yang selalu mereka ceritakan saat pulang dari kedai itu, "rasanya enak" "harganya murah" dan "kelas bintang lima"
harga murah dengan rasa enak setingkat bintang lima masih sangat abstrak dipikiran saya, terlebih lagi teman saya yang berlatar belakang anak seorang pengusaha, pejabat hingga anggota Dewan.
tapi ternyata rasa penasaran itu akhirnya membawa saya kesana.
ternyata kedai bang justin berada di belakang kampus IPB bogor, di sebelah jalan berhadapan dengan sekolah alam.
pertama kali saya kesana saya memesan menu iga bakar yang menjadi menu favorit beberapa pelanggan. ada 10 menu lebih di kedai bang justin, dari makanan hingga minuman.
baru beberapa menit makan saya dihampiri oleh koki yang memasakanya, kamipun berdiskusi setelah itu.
dari diskusi kami, saya mencoba mengambil beberapa kesimpulan  tentang kesan pertama yang sering di samapaikan teman teman sayaÂ