Mohon tunggu...
Fidel Haman
Fidel Haman Mohon Tunggu... Guru - Guru/Bloger

Penikmat Seni Sastra dan Musik/Pemerhati Pendidikan - Budaya - Ekologi/Pencinta Filsafat - Teologi/Petualang - Loyal dan Berdedikasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dear Guruku yang Baik dan Terkasih

26 November 2022   10:34 Diperbarui: 26 November 2022   10:50 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. SMA Tarsisius 1 Jakarta 

Dear Guruku yang Baik dan Terkasih......

Terimakasih untuk segala hadir kalian dalam ziarah hidupku. Aku yang dulu disemai di lahan subur sekolah, ditaburi pupuk pengetahuan dan disirami air kedisiplinan dan pendidikan karakter, kini berbuah dengan  pengetahuan yang cukup untuk kehidupan dan karakter yang baik untuk bertanggungjawab dan hidup seturut nilai-nilai kehidupan yang umum.

Benih hidup yang kalian semai, tumbuh dan kembangkan dulu, kini berbuah seadanya seperti hari ini. Seperti apa aku hari ini, itu karena jasa-jasa baik kalian. Aku telah menjadi dewasa. Jarak yang sejauh ini dan dewasa yang sekarang tidak akan pernah ada tanpa sentuhan tangan dan kebaikan hati kalian. Aku sungguh bersyukur atas itu. Dan itu membekas di hatiku terdalam. Terimakasih untuk segala kasih dan kebaikannya guruku.

Untuk semua yang telah terjadi, aku yakin  semua karena hati. Kalian lebih mengabdi dengan hati daripada sekadar menjalankan tugas demi cuan. Sebab jika demi cua semata, tentu kalian tidak sesabar dan setabah yang aku kenal dulu. Aku yakin seyakin yakinnya semua karena hati.

Hati kalian adalah alasan kuat untuk sabar dan bertahan, meskipun banyak alasan untuk tidak lagi mengabdi. Hati mengajari kalian untuk mengasihi dan mencintai dalam segala keadaan, tanpa syarat dan perhitungan. Seperti anak kalian sendiri, kami didik dengan penuh kasih dan sayang.

Tugas kalian berat, bukan hanya karena beragam karakter peserta didik, tetapi juga harus berhadapan dengan impian-impian orang tua akan masa depan anaknya. Tuntutan mereka akan peran guru sering kali terlalu ideal. Sehingga ketika sesuatu hal negatif terjadi, kalian menjadi sasaran cemoohan dan dikatai sebagai pendidik yang gagal.

Kalian seolah-olah yang mengajari semuanya termasuk sikap atau hal-hal negatif yang aku dan temanku lakukan di masyarakat. Tentang ini, aku adalah saksi, yang mengalami bagaimana kalian dinyinyir akibat ulah kami, anak-anak didik kalian.

Ceritanya begini. Suatu ketika, aku dan teman-teman sekolahan sedang dalam perjalanan pulang ke rumah. Jam menunjukkan PKL. 13.00 WITA. Entah kenapa, sebagai anak-anak yang masih bertumbuh dan senang bermain, kami saling mengolok-olok dan melemparkan kata-kata kotor.

Seorang yang datang dari arah berlawanan mendengar hal itu. Alih-alih mendidik dan mengajari kami bertutur kata yang baik, ia malah menyalahkan guru yang mengajar di sekolah. "Siapa guru kalian? Apa yang kalian pelajari di sekolah?", tanya pria yang tidak perlu saya sebutkan namanya itu. Sorot matanya tampak menghakimi. Seolah-seolah apa yang kami lakukan adalah hasil pengajaran dan didikan di sekolah. Peristiwa itu begitu singkat. Ia berjalan terus dan kami pun lanjut dengan drama masa kecil kami.

Kejadian seperti itu sering terjadi, dan guru selalu menjadi figur yang harus bertanggung jawab atas segala tutur kata dan perbuatan negatif siswa/i-nya di tengah masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun