Mohon tunggu...
Fibrisio H Marbun
Fibrisio H Marbun Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan kaki

Tertarik dengan sepakbola, sosial budaya, dan humaniora.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Euforia Piala Dunia 2022 di Lapo Tuak

10 Desember 2022   03:36 Diperbarui: 10 Desember 2022   03:50 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyaksikan Piala Dunia/ dokumen pribadi.

Lisoi lisoi lisoi lisoi

O parmitu lisoi lisoi

Lisoi lisoi lisoi lisoi

Inum ma tuak mi

Penggalan lirik lagu karya Nahum Situmorang yang menggambarkan aktivitas sosial di lapo tuak. Saat malam menjelang, langit di tepian danau toba sudah mulai gelap, satu demi satu pria batak akan berkumpul, meneguk tuak, memetik senar gitar sambil bernyanyi dengan merdunya. Aktivitas ini populer dengan istilah marmitu (baca: bernyanyi sembari minum tuak). Selain marmitu, di lapo tuak juga menjadi ruang interaksi sosial. Pada umumnya di lapo tuak akan terjadi komunikasi, interaksi, hiburan hingga pertukan informasi.

Sejak euforia yang terjadi di Jazirah Arab, lapo tuak kini berubah fungsi sebagai arena menyaksikan perhelatan Piala Dunia. Banyak muka-muka baru yang berdatangan ke lapo. Tujuan mereka tentunya menyaksikan pertandingan. Harus diakui, lapo tuak menjadi alternatif karena terbatasnya akses menyaksikan Piala Dunia di era komersialisasi sepakbola.

Sama hal dengan kehidupan kaum urban, orang-orang kampung juga punya Negara favorit yang menjadi juara. Tak kalah dengan para pandit, mereka juga punya analisis sendiri tentang sepakbola. Brazil, Portugal, Argentina, Prancis menjadi Negara favorit mereka untuk Juara. Messi, Neymar, dan Ronaldo menjadi pemain yang mereka tunggu-tunggu. Tak jarang dari mereka menjagokan Argentina dan Portugal.

Mencintai Jerman hingga Membenci Belanda

Kaki bukit barisan, tepian Danau Toba hingga Tapanuli daratan akrab dengan orang Batak Toba. Mayoritas dari mereka menganut Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Agama yang tumbuh melalui lembaga misi Rheinische Missionsgesellschaft asal Jerman. Oleh seorang missionaris bernama I.L Nommensen, HKBP secara resmi berdiri tahun 1861 di kota Tarutung.

Atas dasar kesetiaan kepada Agama dan rasa cinta  juga terima kasih terhadap Ompui I.L Nommensen tak jarang dari mereka menjagokan Jerman sebagai kandidat juara. Sangat masuk akal sebab lahirnya fanatisme dapat dipengaruhi banyak hal. Di sisi lain, menjagokan Jerman sangat realistis karena menjadi salah satu raksasa sepakbola dunia, dan sudah pernah menjadi juara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun