Mohon tunggu...
Fia Nurul chusna
Fia Nurul chusna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa universitas Jambi

mahasiswa administrasi pendidikan 2017

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Pendidikan Multikultural

14 April 2021   05:25 Diperbarui: 14 April 2021   05:31 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan multikultural berasal dari dua kata pendidikan dan multikultural. Pendidikan merupakan proses pengembangan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran, pelatihan, proses, perbuatan dan cara-cara yang mendidik. Sedangkan Multikultural secara etimologis multi berarti banyak, beragam dan aneka sedangkan kultural berasal dari kata culture yang mempunyai makna budaya, tradisi. Dalam Yenny Puspita (2018) menurut (Sleeter dan Grant, 1988:67)Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang berlandaskan pada asas dan prinsip konsep multikulturalisme yakni konsep keberagaman yang mengakui, menerima dan menegaskan perbedaan dan persamaan manusia yang dikaitkan dengan gender, ras, dan kelas, agama berdasarkan nilai dan paham demokratis yang membangun pluralisme budaya dalam usaha memerangi prasangka dan diskriminasi.

Seperti apa yang telah saya jelaskan diatas, dapat di contohkan di keluarga saya sendiri walaupun ayah dan ibu saya sama-sama satu suku (Jawa) namun mereka memiliki tradisi masing-masing. Ayah saya berasal dari Yogyakarta yang masih keturunan keraton sehingga menerapkan budaya yang halus tata bicara dan etika sangat di jaga. Sedangkan, ibu saya yang berasal dari Pati yang penggunaan bahasa jawanya masuk kedalam kategori bahasa jawa kasar. Namun, bahasa yang saya gunakan yaitu bahasa jawa kasar dan tidak fasih dalam berbahasa jawa halus, karena keluarga saya tinggal di daerah trans yang merupakan campuran beberapa daerah seperti medan, ngapak, riau, dll. Sehingga saya terbiasa menggunakan bahasa tersebut.

Adat istiadat atau budaya suku jawa sangatlah banyak, sehingga banyak persepsi yang datang dari sebagian masyarakat. Mereka beranggapan bahwa suku jawa masih menggunakan hal-hal mistis dan masih menekuni peninggalan nenek moyang. Padahal itu tidak sepenuhnya benar, karena sekarang zaman makin canggih dan membuat keluarga saya tidak begitu menekuninya. Hal lain terjadi pada perkawinan, di mana masyarakat lain menanggap bahwa suku jawa harus menikah dengan sesama jawa. Namun itu hanyalah mitos karena banyak suku jawa yang menikah dengan suku lain.

Tak lain dari yang saya jelaskan di atas, persepsi keliru yang paling sering masyarakat utarakan  yaitu suku jawa masih menggunakan hal-hal mistis khususnya dalam sebuah percintaan yang mengarah ke perdukunan. Tidak hanya itu, bahkan ada semboyan yang mengatak bahwa jangan sesekali menyakiti orang jawa karena jika sudah dendam maka orang tersebut akan mengguna-guna. Padahal, sebenarnya hal tersebut terjadi hanya pada oknum-oknum tertentu dan pada daerah tertentu saja.

 Dengan kondisi masyarakat yang memiliki RAS, suku, agama dan budaya sehingga memungkinkan adanya perbedaan pendapat sehingga di perlukannya sebuah pendidikan yang dapat memberikan pengetahuan akan sikap toleransi dan sikap saling menghargai satu sama lain atau pendidikan yang berbasis multikultural yang dapat memberikan sebuah solusi atas realitas budaya, suku, ras, dan agama yang beragam. Tujuan utama dari pendidikan multikultural itu sendiri adalah untuk menanamkan sikap simpatik, respek, apresiasi, dan empati terhadap penganut agama dan budaya yang berbeda.

Begitu juga dengan perbedaan lingkungan yang berbeda-beda suku dan budaya. perbedaan inilah  yang membuat saya menjadi akrab di dalam sebuah lingkunga atau kelompok tertentu, saya bisa sharing tentang etnik satu sama lain dan banyak mendapatkan pengetahuan di berbagai daerah. Berteman dengan sesama suku tidaklah salah namun jika kita hanya bergaul dengan sesama ras, kita tidak akan maju dan hanya mendapatkan pengalaman itu-itu saja. Dan selama ini saya sebagai golongan suku jawa, saya belum pernah merasakan diperlakukan berbeda baik itu dari segi etnis, suku, budaya, maupun agama. Baik itu dalam ruang lingkup di masyarakat sekitar saya maupun di sekolah, dan kampus. Mereka saling menghormati dan menghargai atas perbedaan tersebut.

Referensi :

Puspita, Yeni. 2018. Pentingnya Pendidikan Multikultural. Seminar Nasional Pendidikan Universitas PGRI Palembang.

Priyono, Sugeng. 2016. Persepsi Masyarakat Terhadap Perkawinan Bedasuku Dan Kaitanya Dengan Mitos Ketidaklanggengan Perkawinan Beda Suku (Studi Kasus Suku Jawa Dengan Sunda Di Desa Karang Reja Kabupaten Cilacap). UNNES

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun