: @jokopinurbo Dua tahun lalu, pada sebuah Minggu yang hangat, kekasih kata sudah tak sabar meresmikan hubungan mereka, "Malam ini kau resmi jadi penyairku..". Tapi ia diam-diam tidak setuju dengan sesuatu yang resmi itu. Aku ini masih calon penyair. Andaipun aku ini penyair, aku masih terlalu muda, aku ini penyair muda, begitu ia berkisah pada senja yang menjemput dingin. Kamu terlalu percaya diri, kata senja, 30 tahun itu tak muda lagi, jadi kamu bukan penyair muda lagi. Ia hanya tersenyum, lalu kembali berjalan menenteng Layang-layang tanpa benang dan tinggal robekan, yang sudah menemaninya sejak 1980. Ia sebenarnya galau juga dengan sindiran senja. Sampai kapan aku jadi calon penyair? Maka ia menyepi ke tepi kota, dan mengurung dirinya sendiri dalam kamar No. 1105 sebuah hotel. Ia berniat mengakhiri hidupnya sebagai calon penyair, supaya kekasih kata nanti mengenalinya sebagai calon penyair paling lama, setidak-tidaknya mendekati rekor penguasa Orde Baru sebagai calon penyair Republik selama 32 tahun. Namun ia gagal menggambar jenazahnya sendiri. Barangkali itu suratan takdir, agar ia memecahkan rekor sang penguasa atau setidak-tidaknya membuat sang jenderal tersenyum kecut saat ia menyamakan rekor tersebut. Maka tahun ini, calon penyair kita ini akan genap berusia 50 tahun. Ia sudah sukses menyamakan rekor calon penyair paling lama dalam sejarah Republik asu ini. Itu saja sudah cukup membuat senyum sang jenderal sirna di atas pusaranya. Tetapi calon penyair kita sudah tidak muda lagi. Sebagai calon PNS, pegawai negeri sajak, usia 32 tahun tak muda lagi. Bahkan usia tubuh pun sudah mendekati angka pensiun bagi PNS sungguhan. Namun demikian, angka 50 adalah sesuatu yang sangat tampan. Tanpa perlu didandani lagi, ia sudah siap menjadi emas. Ia sudah lama siap menjadi kekasih senja, yang bahkan awan penguasa pun tak sanggup menghalangi jingganya di langit puisi Republik ini. Calon penyair kami yang terkasih, kami sudah siapkan permandian paling bersih bagimu, di Kamar No. 1105 tahun ini. Note: Ada beberapa penggal sajak Joko Pinurbo yang aku kutip di sini, Layang-layang (1980), Penyair Muda (2010), Kamar Nomor 1105 (2010)