Langkah kakinya begitu mantap menatap tapakan aspal yang kasar
Tanpa ragu, ia pijakanÂ
Kerut di wajahnya yang semakin menggores usia tak ia tampakan dengan peluh nan keluh
Bibir manisnya ia torehkan dengan rasa cinta pada bidadari pilihannya, begitu pun untuk buah hati tercinta
Badannya tak semuda dulu, tapi semangat yang ia pacu tak perlu diragu. Usia menuakannya berseling masa. Bahu yang dulu menjadi tempatku bersandar kini mulai rengkuh.Â
Dialah lelaki dalam sepenggal kata yang ku kait malam ini
Lelaki jakung itu yang mengisi puisi
Membuatku ria berilusi
Dialah lelaki dalam puisi yang sengaja ku tajukÂ
Tanpa sebab untuk merujuk
Malang, 11 februari 2019
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!