"Kalau semua identitas lenyap, gigi tetap diam di tempat---menyimpan cerita dan membisikkan nama."
Saya sering bilang begini ke mahasiswa:
"Jangan pernah remehkan tambalan gigi. Itu bisa menyelamatkan satu keluarga dari kehilangan tanpa nama."
Sebagai dokter gigi yang menekuni bidang odontologi forensik, saya menyadari bahwa gigi bukan hanya alat kunyah. Gigi adalah identitas. Bahkan dalam tragedi besar---pesawat jatuh, kebakaran hebat, atau bencana alam---gigi menjadi satu-satunya bagian tubuh yang tetap bisa bercerita.
Kenapa Gigi Seperti KTP?
KTP bisa terbakar. SIM bisa hilang.
Tapi gigi? Ia tahan panas, tahan tekanan, dan tetap berada di tempatnya bahkan setelah kematian.
Dalam sistem Disaster Victim Identification (DVI), gigi seringkali menjadi jalur terakhir yang menyelamatkan identitas seseorang.
Pernah ada kasus jenazah terbakar di dalam kendaraan. Semua barang pribadi habis. Tapi tambalan gigi dan rekam medisnya---itulah yang akhirnya menyebutkan siapa dia.
Rekam Medis Gigi = Data Kependudukan
Di negara-negara maju, rekam medis dental sudah seperti data kependudukan kedua.
Setiap orang yang ke dokter gigi, datanya tercatat digital: gigi mana yang berlubang, gigi mana yang dicabut, tambalan pakai bahan apa.
Di Indonesia?
Banyak klinik belum terdigitalisasi.
Catatan gigi masih pakai tulisan tangan di kartu status---seringkali hilang, tak terbaca, atau tidak lengkap.
Padahal, satu catatan kecil di gigi 26 atau 36 bisa menjadi kunci pembeda antar manusia.
Mengapa Ini Penting untuk Publik?