Mohon tunggu...
Fery Ardi Aliansyah
Fery Ardi Aliansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PWK UNEJ

Sedang menempuh pendidikan di Perguruan tinggi negeri di Jember Jawa Timur.Hobi saya bermain catur.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kemiskinan, Masalah Klasik Tak Kunjung Membaik?

12 Oktober 2022   15:14 Diperbarui: 12 Oktober 2022   16:07 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kemiskinan, Masalah Klasik tak Kunjung Membaik?
Kemiskinan bukan lagi menjadi masalah di Indonesia, kemiskinan menjadi masalah yang mendunia. Hampir di setiap negara di dunia memiliki masalah kemiskinan di dalamnya yang dari jaman dulu sampai sekarang banyak negara berusaha untuk melepaskan diri dari masalah tersebut. Kondisi ini biasanya ditemukan di negara berkembang. Akses pendidikan masih kurang memadai karena sebagian masyarakat masih belum memiliki tempat tinggal yang layak, dan banyak yang menganggur.

Banyak orang memahami istilah kemiskinan dengan berbagai cara. Sebagian ada yang memahaminya dari segi moral dan evaluatif. Sebagian lagi memahaminya dari sudut yang telah mapan, dan lainya. Merujuk pada Departemen Sosial dan Biro Pusat Statistik yang mendefinisikan bahwa kemiskinan sebagai ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos, 2002).

Kemiskinan erat kaitannya dengan pengangguran yang tinggi. Kemiskinan juga menjadi acuan tolak ukur tingkat kesejahteraan masyarakat yang tinggal pada suatu daerah. Jika suatu negara memiliki angka kemiskinan yang sangat tinggi sudah bisa dipastikan kalau negara tersebut tidak maju. Karena tingkat kemajuan suatu negara dapat dilihat dari angka kemiskinan negara tersebut.

Berbagai parameter digunakan untuk mengukur miskin tidaknya seseorang, namun dari berbagai parameter tersebut kekayaan menjadi parameter yang banyak digunakan. Karena kurangnya penghasilan dan kekayaan, seseorang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup. 

Untuk mengukur kemiskinan, BPS sendiri menggunakan konsep kapasitas untuk memenuhi kebutuhan dasar. Dalam pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan seseorang dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Sehingga penduduk miskin merupakan penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.

Sebagian besar negara di Afrika dan Asia masih belum memiliki standar hidup yang memadai, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas kesehatan dan kesejahteraan mereka. Indonesia merupakan negara surga , dimana kekayaan alamnya yang sangat melimpah. Namun dibalik kekayaan itu masih terdapat masalah kemiskinan. 

Bagaimana bisa negara kaya akan sumber daya alam namun masih terdapat anak putus sekolah karena tidak mampu membayar pendidikan, tingginya penderita gizi buruk pada anak? Nyatanya masih banyak masalah kemiskinan di depan mata kita.

Ditinjau dari ruang yang lebih sempit yaitu kabupaten/kota , di Jember angka kemiskinan dua tahun terakhir masih tinggi. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Jember, angka kemiskinan Jember akan mencapai 10,41% pada tahun 2021. Hal ini disebabkan angka pengangguran di Jember semakin meningkat. 

Banyak pekerja yang di PHK, selain itu ini juga berkaitan dengan pandemi covid 19 lalu dimana mobilitas penduduk di batasi untuk memutuskan rantai penularan virus. Hal ini tentu berdampak pada perekonomian masyarakat. Ditambah semakin lama harga sembako juga meningkat.

Selain itu perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) juga menyebabkan kemiskinan. Bagaimana tidak, banyak dari mereka datang ke kota tanpa disertai keterampilan yang mumpuni, akhirnya banyak dari mereka yang bekerja di sektor sektor informal yang nantinya akan menambah masalah kemiskinan di kota. Banyaknya penduduk yang selalu bertambah  baik warga pendatang maupun warga asli namun tidak diimbangi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan yang mana nantinya akan banyak warga yang menganggur.

Seseorang dalam kondisi kemiskinan akan menjalani siklus mulai dari aspek pendidikan yang mana tingkat pendidikan rendah akan berakibat pengetahuan rendah, aspek pendapatan dimana pendapatan rendah maka akan berakibat tabungan juga rendah dan modal kecil, dan aspek kesehatan dimana jika tingkat konsumsi rendah maka akan berakibat pada gizi yang rendah dan kesehatan juga rendah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun