Mohon tunggu...
Fery. W
Fery. W Mohon Tunggu... Administrasi - Berharap memberi manfaat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penikmat Aksara, Musik dan Tontonan. Politik, Ekonomi dan Budaya Emailnya Ferywidiamoko24@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Prabowo dalam Kabinet Jokowi, Bisa Jadi Dua Matahari?

22 Oktober 2019   07:37 Diperbarui: 22 Oktober 2019   09:44 2206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Jokowi dan Prabowo bertemu di Istana (Biro Pers Setpres)

Sesuai janjinya, Jokowi memperkenalkan para calon pembantunya Senin (21/10/19) kemarin. Tak kurang dari 12 orang yang dipilihnya untuk mengisi pos-pos Kementerian  dalam periode ke II pemerintahannya.

Tepat pukul 9.30, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD memasuki gerbang Istana Negara Jakarta, kedatangannya dengan mengenakan baju putih, menandai dimulainya parade calom menteri Jokowi 

Kemudian menyusul bos sekaligus Founder Gojek, Nadiem Makarim yang datang memenuhi panggilan Jokowi. Nadiem mengaku ia banyak ditanya terkait urusan SDM, reformasi birokrasi, dan investasi. Dan tentu saja ia menyatakan kesiapan untuk menjadi menterinya Jokowi.

Menyusul kemudian datang Christianny Eugenia Paruntu, Bupati Minahasa Selatan yang merupakan kader Golkar, namun sayang ia kemudian tak jadi menemui Presiden Jokowi karena sebab yang belum terang benar. Namun ada dugaan itu berhubungan dengan urusan internal Golkar.

Tak lama kemudian tokoh muda pertelevisian Indonesia Wishnutama datang , disusul oleh Pemilik Mahaka Grup dan mantan Ketua TKN 01 Erick Tohir. Keduanya seperti yang lain berkemeja putih dan sama juga menyatakan kesiapannya untuk membantu Presiden Jokowi.

Yang sedikit agak.mengejutkan adalah kedatangan Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Tak seperti yang lain, ia mengenakan seragam Kepolisian dengan diiringi oleh anak buahnya. Rumor sih ia akan ditunjuk jadi Menteri Dalam Negeri.

Tak lama berselang tiba-tiba Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto muncul dari dalam Istana, tanpa ketahuan datangnya. Ia digadang-gadang jadi Menko Perekonomian dalam kabinet Jokowi jilid II

Kemudian datang 3 orang sekaligus, yakni Pratikno Mensesneg Jokowi pada periodenya yang pertama, Fadjroel Rahman salah satu relawan Jokowi yang merupakan aktivis 98, serta Nico Herjanto.

Lama tak ada yang datang, selepas Azan Ashar berkumandang Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bersama dengan Edhi Prabowo memasuki gerbang Istana Negara. Walaupun tak terlalu mengejutkan, karena indikasi bergabungnya Gerindra ke Pemerintahan Jokowi gamblang  terbaca.

Safari politik Prabowo ke berbagai partai anggota koalisi Jokowi, seolah menegaskan bergabungnya mereka. Dan kedatangannya Ke Istana kemarin memastikan sinyalemen itu. 

Usai berbicara dengan Jokowi, Prabowo dengan lantang  menyatakan bahwa ia diminta oleh mantan rivalnya dalam Pilpres 2019 lalu untuk membantunya di bidang Pertahanan.

"Saya diminta membantu beliau di bidang pertahanan. Jadi beliau tadi memberikan pengarahan dan saya akan bekerja sekeras mungkin untuk mencapai sasaran dan harapan yang ditentukan," kata Prabowo. Seperti yang dilansir BBC.com.

Berbeda dengan calon menteri lain yang tak mau menjelaskan posisi mereka dalam kabinet Jokowi kelak. Prabowo dengan jelas dan terang menyatakan bahwa ia akan menjadi Menteri Pertahanan.

Luar biasa sebenarnya apa yang dilakukan Prabowo ini, berbeda saat pemilihan presiden 2014 saat ia mengalami kekalahan pertama dari Jokowi. Yang saat itu dengan tegas ia menyatakan akan berada diluar pemerintahan.

Dan hal ini merupakan kali pertama di dunia rival dalam sebuah pertarungan pemilihan presiden ketika kalah, langsung bergabung dengan lawannya untuk menjadi menteri di kabinet lawannya tersebut.

Karena pada dasarnya gagasan visi dan misi keduanya sudah pasti berbeda, nah anomali yg terjadi di Indonesia ini cukup membuat banyak pihak mengernyitkan dahi, kok bisa yah

Tadinya banyak pihak berharap Prabowo tetap akan berada di wilayah yang berseberangan dengan Jokowi, agar terdapat keseimbangan dalam pengawasan dan kontrol terhadap kekuasaan

Prabowo diharapkan menjadi simbol oposisi oleh para pendukungnya. Posisi Prabowo bisa menjadi simbol oposan yang benar-benar luar biasa. Harapannya posisi ini dipertahankan untuk mengontrol kekuasaan pemerintahan Jokowi.

Namun fakta yang ada kini ia bergabung dengan Pemerintahan Jokowi, suka atau tidak posisi "oposisi" menjadi sangat lemah. Walaupun memang dalam sistem presidensial tak ada istilah oposisi, namun keberadaan pihak yang menjadi penyeimbang di luar pemerintah sangat diperlukan.

Bagi para pendukung Jokowi keberadaan Prabowo juga sebetulnya tak sepenuhnya 'welcome". Hasil sebuah survei baru-baru ini juga menunjukkan mayoritas responden tidak setuju jika Partai Gerindra bergabung dengan koalisi pemerintah dan tidak setuju jika Prabowo mendapatkan posisi menteri.

Bahkan terlihat jelas Partai Nasdem yang sedari awal mendukung Jokowi, melalui Ketua Umumnya Surya Paloh menyatakan

 "Kalau tidak ada yang oposisi, Nasdem saja yang jadi oposisi," kata Surya seperti dilansir dari Kompas TV, Senin (21/10/2019).

Selain itu menurut saya istilah "dua matahari" bisa saja terjadi dalam pemerintahan Jokowi kali ini. Karena sejatinya Jokowi dan Prabowo ini merupakan dua rival dalam politik Indonesia. 

Nah ketika Prabowo masuk kabinet, walaupun secara de facto dan de jure Jokowi sebagai Presiden tetapi figur Prabowo tidak lepas dari kekuatan masa yang dimilikinya.

Karena itu ada kekhawatiran,  kemudian membandingkan kerja Jokowi itu dibayang-bayangi oleh Prabowo. Konsekuensinya ya keberhasilan Jokowi juga menjadi keberhasilan Prabowo. Begitu pun sebaliknya.

Kondisi ini bisa saja melahirkan persepsi publik bahwa di kabinet Jokowi ada dua figur yang mendominasi keputusan politik.

Belum lagi jika ternyata dalam perjalanannya kinerja Prabowo tak bagus, nggak mampu mencapai Key Performance Indeks (KPI) yang sudah digariskan Presiden.

Berkaca pada pidato pelantikan Jokowi, yang akan betindak tegas terhadap para menterinya yang tak performed, jika Prabowo yang masuk kategori itu, beranikah Jokowi memecat Prabowo?

Selain itu dual jabatan yang selama ini dilarang dalam masa kepemimpinan Jokowi pun bisa menjadi masalah buat Prabowo, meskipun pernah ada pengecualian terhadap Golkar, saat sang Ketum Airlangga Hartarto jadi Menteri Perindustrian.

Apakah larangan tersebut akan dihilangkan, dalam kabinet ini?  Bagaimana pula terkait loyalitasnya apabila dikaitkan dengan pemilu 2024 misalnya. 

Suka atau tidak Prabowo masih berpeluang untuk menjadi Calon Presiden dalam pilpres 2024 kelak.

Sebetulnya terlalu banyak potensi komplikasi, jika mengangkat Prabowo jadi menteri. Namun tentu saja Jokowi pun sudah berhitung ke arah sana. Sehingga ia tetap mengajak Prabowo bergabung dalam kabinetnya.

Sak wa sangka seperti itu tak sepenuhnya benar juga sih, bisa saja keputusan Prabowo masuk dan memperkuat kabinet Jokowi Jilid II ini, merupakan ketulusannya dalam memberikan kontribusi bagi Indonesia. 

Akh tapi kan katanya bisa saja berkontribusi bagi tanah air  dari luar pemerintahan.. bingung saya kok bisa jadi kaya gini.

Sumber: 1, 2, dan 3.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun