Mohon tunggu...
Fery. W
Fery. W Mohon Tunggu... Administrasi - Berharap memberi manfaat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penikmat Aksara, Musik dan Tontonan. Politik, Ekonomi dan Budaya Emailnya Ferywidiamoko24@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membenci dan Mencinta Secara Proporsional

11 Oktober 2019   14:41 Diperbarui: 11 Oktober 2019   15:41 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dazeinfo.com

Sepenggal lagu manis Cinta dan Benci, dari salah satu Grup Band Indonesia Geisha terdengar sayup-sayup  mengalun lembut,

Sungguh aku tak bisa, sampai kapanpun tak bisa
Membenci dirimu, sesungguhnya aku tak mampu
Sulit untuk ku bisa, sangat sulit ku tak bisa
Memisahkan segala cinta dan benci yang ku rasa
 

Saat saya sarapan tadi pagi dan berpikir,  kok bisa sebuah perbedaan pendapat berbuah kebencian berakar dendam begitu dalam dan lama. Bahkan sebenarnya sumber kebenciannya pun sudah lama diakhiri. 

Namun di saat yang sama saya memikirkan juga kecintaan seseorang terhadap suatu obyek yang terlihat menafikan semua potensi negatif atas obyek yang dicintainya. 

Padahal dalam persepsi saya tak ada satu pun yang pantas dibenci melewati batas kemanusian termasuk di dalamnya kekerasan dan anarki. Begitupun apabila mencintai tak perlu juga dalam porsi yang berlebihan. Jika itu terjadi,rasionalitas si empunya cinta tersebut akan menguap entah kemana. Sehingga melihat orang yang dicintainya tersebut bak malaikat yang tak lekang oleh salah.

Membenci dan mencinta memang terlihat berlawanan dengan sangat ekstrem, namun sejatinya jarak antar kedua rasa tersebut sangat dekat dan tipis bak sehelai rambut, bahkan memiliki persamaan.

Neurosains memberi pencerahan terkait hal ini, menurut Semir Zaky seorang Profesor dari University College London, mengacu pada hasil penelitiannya selama lebih dari satu dekade.

Cinta mengaktifkan sistem otak yang merupakan penerima Hormon Oksitosin dan Vasopresin, dan pada saat bersamaan mematikan sel otak yang biasa melakukan penilaian dan penyangkalan.

Sementara benci mengaktifkan sistem otak yang merupakan penerima Hormon Seretonin yang dapat memicu stres. "Dalam cinta, orang yang dicintai kurang kritis dan menilai. Saat benci, si pembenci mungkin ingin lebih menilai, memperhitungkan bahaya, luka, dan aksi pembalasan," kata Zaki dalam publikasinya di PLOS ONE. seperti yang dilansir Kompas.com

Meski demikian, cinta dan benci diketahui mengaktifkan dua bagian otak yang sama, insula dan pitamen. Inilah persamaan cinta dan benci. Insula biasanya aktif setelah ada rangsangan yang dianggapnya akan menyusahkan atau yang akan memicu kegelisahaan. Cinta dan Benci oleh Insula akan dianggap stimulus yang sama.

Sementara, pitamen berperan merancang tindakan agresif yang bisa muncul akibat cinta ataupun benci. Dalam konteks cinta, tindakan agresif bisa muncul ketika ada pesaing dan bila obyek cintanya diganggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun