Mohon tunggu...
Fery. W
Fery. W Mohon Tunggu... Administrasi - Berharap memberi manfaat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penikmat Aksara, Musik dan Tontonan. Politik, Ekonomi dan Budaya Emailnya Ferywidiamoko24@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenal Kain Gringsing, Kain Khas Bali yang Sarat Filosofis

6 Oktober 2019   07:08 Diperbarui: 6 Oktober 2019   18:37 1666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kain tenun gringsing yang menggunakan teknik ikat ganda dari Desa Tenganan, Bali (Dok. Travel.komaps.com)

Bali, siapa tak kenal pulau yanng satu ini bahkan ada yang lebih kenal Bali dibanding Indonesia, dikenal sebagai pulau wisata dengan keindahan alamnya, hype hiburan malamnya dan jangan lupa budayanya yang masih terpelihara dan diamalkan dengan baik.

Pulau Dewata begitu julukannya, hampir setiap daerah di Bali memiliki ragam budaya lokal. Termasuk di dalamnya hasil karya sandangnya yang sangat khas, terdapat kain tenun khas Bali yang bernama kain gringsing, dibuat dengan teknik double ikat yang tak dimiliki oleh kain tenun manapun di Indonesia ini.

Proses pewarnaan kain tenun ini sangat rumit dan dapat memakan waktu lebih dari satu tahun melalui 3 kali proses pewarnaan, dengan menggunakan bahan pewarna alami. Secara keseluruhan waktu yang dibutuhkan untuk membuat sehelai kain gringsing sekitar 2,5 tahun.

Kain gringsing merupakan kain yang disakralkan oleh masyarakat Tenganan Pengrisingan. Desa Tenganan sendiri berada di Kabupaten Karang Asem  yang merupakan wilayah Bali Aga, sebutan bagi masyarakat keturunan Bali asli yang belum mendapat pengaruh Majapahit dan belum tercampur oleh klen lain.

Sistem pemerintahan Desa adat Tenganan diatur dalam tatanan aweg-aweg desa yang wajib ditaati oleh seluruh masyarakat desa adat Tenganan yang sesuai dengan konsep Tri Hita Kirana. Yaitu sebuah konsep agar kehidupan masyarakat selaras dan harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam, dan manusia dengan manusia.

Masyarakat Tenganan memiliki budaya yang sangat luar biasa dan mendalam, salah satunya adalah pembuatan kain gringsing ini. Kain itu digunakan pada setiap upacara adat maupun upacara keagamaan. Tradisi ini tetap bertahan hingga sekarang.

sumber: rachnasandika.com
sumber: rachnasandika.com
Kain gringsing sarat akan makna, gringsing sendiri berasal dari kata gring yang artinya sakit. Dan sing yang artinya tidak. Jadi gringsing berarti tidak sakit atau terhindar dari sakit. 

Kain gringsing mengandung makna sebagai penolak bala, yaitu mengusir penyakit yang bersifat jasmani maupun rohani. Masyarakat percaya bahwa kain gringsing memiliki kekuatan magis yang dapat melindungi mereka dari musibah sakit.

Proses dan Teknik Pembuatan

Seluruh pengerjaan kain gringsing dilakukan dengan tangan alias handmade. Benang yang digunakan dipintal oleh pintalan tangan alat pintal tradional, dengan bahan kapas biji satu yang hanya tumbuh di Pulau Nusa Penida.

Setelah selesai dipintal, benang tersebut direndam selama lebih dari 40 hari sampai dengan maksimal satu tahun dengan memakai minyak kemiri. Dan minyaknya diganti setiap 25-49 hari. Semakin lama benang itu direndam semakin lembut dan kuat struktur benangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun