Mohon tunggu...
Fery. W
Fery. W Mohon Tunggu... Administrasi - Berharap memberi manfaat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penikmat Aksara, Musik dan Tontonan. Politik, Ekonomi dan Budaya Emailnya Ferywidiamoko24@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Begini Menyiasati Kecanduan Gadget

15 September 2019   12:44 Diperbarui: 17 September 2019   15:04 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: theodysseyonline.com

Hari ini smartphone sudah seperti kebutuhan pokok bagi kita. Sulit rasanya membayangkan hidup di jaman ini tanpa kehadiran gadget tipis terlihat ringkih, namun mampu membawa kita kemanapun sesuai keinginan kita.

Menurut data statistica jumlah penetrasi smartphone terhadap populasi penduduk di Indonesia sudah tergolong besar.  diproyeksikan mencapai 28 % dari total penduduk Indonesia pada 2019, naik 2 % dari tahun sebelumnya. Angka ini akan merayap pelan hingga empat tahun ke depan yang diramal sekitar 33 % dari total penduduk Indonesia.

Sumber: databoks               
            googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-411');});
Sumber: databoks googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-712092287234656005-411');});

Sementara itu pengguna internet di dunia ini, menurut data dari Hootsuite pada tahun 2019 ini mencapai 4,39 miliar pengguna dengan rata-rata rata-rata pemakaian internet selama 6 jam perhari untuk online, 85% nya diakses melalui Smartphone.

Indonesia ternyata masuk lima besar negara yang penduduknya paling lama online, Filipina merupakan negara yang penduduknya terlama online dengan durasi 10jam/hari dikuti, Brazil dengan durasi 9,2 jam/hari, Thailand dengan durasi 9,1 jam/hari, Kolombia 9 jam/hari dan Indonesia di peringkat kelima dengan durasi 8,3 jam/hari.

Lebih sepertiga hidup penduduk Indonesia ternyata dihabiskan untuk berselancar di dunia maya. Dari 8,3 jam/hari tersebut menurut hasil survey We Are Social dipakai untuk membuka youtube (43%), facebook (41%), instagram (38%), twitter (27%), dan sisanya diguanakan untuk messenger, chat, dan voip. Jadi, penggunaan internet lebih dominan untuk membuka media sosial.

Jika menilik rentang usia ternyata pengguna terbesar Internet yang diakses melalui smartphone ada di rentang 16-24 tahun. Jadi ada korelasi demografik, Semakin muda populasinya, semakin tinggi waktu penggunaan keseluruhan suatu negara. 

Jadi tak heran apabila Indonesia termasuk salah satu negara yang memiliki angka durasi online terlama di dunia. Karena secara demografik penduduk Indonesia di dominasi penduduk berusia muda.

Para pakar telah memperingatkan bahwa durasi beraktivitas di depan layar Smartphone yang semakin lama dapat menimbulkan masalah kesehatan terutama kesehatan mental.

Menurut Peneliti dari Harvard University Amerika Serikat, Ashley Williams, penelitian yang dilakukannya menunjukan bahwa orang yang menhabiskan waktunya lebih banyak di media sosial cenderung kurang bahagia.

"Penggunaan teknologi yang berlebihan bisa menimbulkan masalah. Pada kasus ekstrem, hal itu berkaitan dengan depresi, kecelakaan dan bahkan kematian."ujar Ashley seperti yang dikutip dari BBC.com.

Terlalu lama menggunakan smartphone untuk online atau ber-media sosial akan menimbulkan tiga sisi kelam yang memicu terganggunya kesehatan mental. Yang biasa di sebut Smartphone Syndrome.

Ketiga sisi kelam itu ialah makin hilangnya waktu produktif, makin pendeknya attention span dan kekuatan fokus karena terlalu asyik scroll-scroll smartphone, hingga tumbuhnya budaya instan yang serba ingin hasil cepat dan mengabaikan proses.

Rasanya jika kita merenungi ketiga sisi kelam dari gejala smartphone addiction tersebut, kita harus segera mencari solusinya agar tidak terpapar kondisi adiksi seperti itu.

Ada 3 solusi untuk menghindari Smartphone syndrome culture ini. 3 solusi ini disebut Digital Detox Strategy.

Pertama. Jauhi Distraksi, jauhkan smartphone dari jangkauan tangan, jangan biarkan ada dalam jangkauan tangan,namun faktanya benda itu selalu berada di sekitar kita, bahkan seringnya nempel dengan di badan. Entah di saku celana, di dekat meja kerja, atau bahkan selalu dipegang.

Sebuah studi menyatakan jika distraksi antara smartphone dengan kita, maka produktivitas kita akan anjlok sebesar 50 persen. Karena konsentrasi kita akan terbagi dengan notifikasi-notifikasi dari berbagai aplikasi smartphone kita.

Jadi agar terhindar dari itu maka, ketika fokus kita pada pekerjaan yang sedang dihadapi, pastikan gadget itu tidak dalam jangkauan, masukan ke dalam laci, atau bila perlu dimatikan.

Kenapa harus dilakukan seperti itu, agar kemudian bisa terbangun relasi proporsional dengan gadget atau smartphone yang kita miliki.

Kedua. Jalani Hobi Yang Bisa Membuat Kita Lupa Smartphone.  Strategi ini kelihatannya simpel dan mudah dilakukan padahal kenyataannya sangat sulit dilakukan, namun begitu kita mampu melakukannya maka gadget kesayangan kita bisa dilupakan.

Satu hal lagi cobalah gali hobi-hobi klasik kita, bukan yang berbau digital dan akan membawa kita kembali menggunakan gadget kita. Jika suka membaca, mulai lah membaca buku yang berbentuk fisik, karena agak berbeda sensasinya membaca e-book di gadget dengan memegang buku secara fisik.

Jalan-jalan ke alam terbuka, memasak, bertukang, berkebun, olahraga, naik gunung dan hobi-hobi lainnya sepanjang hobi itu tak berhubungan dengan smartphone untuk melakukan sesuatu tak berguna.

Jangan lupa menulis, saya setelah rajin menulis di kompasiana dan jadi kecanduan jadi agak jarang ber-smartphone untuk sesuatu tak berguna. Paling dipake buat mencari data pendukung bahan tulisan saya.

Ciptakan habit agar kita kecanduan dengan hobi yang berfaedah tersebut. Sebab percayalah, hidup akan menjadi lebih produktif jika kita ketagihan dengan hobi yang bermanfaat.

Ketiga. Fokus pada konten yang Inspiring. Meskipun kita memang agak sulit lepas dari gadget kita. Cobalah fokus pada konten-konten yang benar-benar berguna dan menginspirasi.

Kenapa demikian, karena faktanya apabila kita loos dan membiarkan diri kita dibanjiri informasi dan akhirnya overload information, karena begitu banyaknya informasi dari layar gadget kita. Skill dan kompetensi kita tak akan otomatis bertambah.

Karena info yang kita dapatkan dalam kondisi banjir informasi itu, bukan informasi emas yang kita dapat, namun info sampah lah yang akan banyak nyangkut dikepala kita.

Mulailah memilah, skip info sampah.Fokus pada informasi-informasi yang extremely useful, kalau bisa sesuai dengan bidang keahlian kita sehingga at the end bisa menambah skill dan kompetensi kita.

Namun yang terbaik, kontrollah keinginan untuk selalu menggunakan gadget, disiplinkan diri sendiri, apapun input dari pihak lain tak akan berarti apa-apa jika  kita tak mendisiplinkan diri sendiri.

Sumber.

Databoks, BBC, Strategi Manajemen

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun