Mohon tunggu...
Fery. W
Fery. W Mohon Tunggu... Administrasi - Berharap memberi manfaat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penikmat Aksara, Musik dan Tontonan. Politik, Ekonomi dan Budaya Emailnya Ferywidiamoko24@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sukabumi, Kota Tanpa Ornamen

25 Agustus 2019   10:33 Diperbarui: 25 Agustus 2019   13:36 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istilah Ornamen berasal bahasa Latin, Ornare yang artinya menghiasi, atau menurut Bahasa Inggris Ornament berarti perhiasan.

Secara umum ornamen adalah suatu hiasan (elemen dekorasi) yang diperoleh dengan meniru atau mengembangkan bentuk-bentuk yang ada di alam.

Jika mengacu pada definisi ornamen seperti itu rasanya Kota Sukabumi, kota tempat saya dilahirkan dan dibesarkan tidak memiliki ornamen. 

Ada sih, Tugu Adipura yang terletak antara jalan Suryakencana dan jalan R.E. Martadinata namun apakah itu pantas disebut ornamen? kriteria ornamen itu harus memiliki unsur estetika agar ruang yang ditempatinya menjadi lebih sedap dipandang. Saya kok tidak melihat ada unsur tersebut pada Tugu Adipura tersebut

Tugu Adipura/Antaranews.com
Tugu Adipura/Antaranews.com

Mungkin sebagian besar masyarakat Sukabumi tidak menyadari keberadaan Tugu Adipura tersebut. 

Sukabumi yang terletak di wilayah selatan Jawa Barat, merupakan sebuah kota tua yang berdiri pada tahun 1815.  Daerah Sukabumi dari tahun 1815 sampai dengan pertengahan tahun 1921 merupakan bagian dari Afdeling (wilayah administratif) Kabupaten Cianjur dengan status Kabupaten Sukabumi disamping Gemeente (kotamadya) Sukabumi yang dibentuk tanggal 1 April 1914.

Sejak tahun 1914 sampai dengan 1926 wilayah Sukabumi menjadi Burgelijk Bestuur (Pemerintah Daerah) yang dipimpin oleh Burgemeester. Tahun 1926 Sukabumi  dijadikan daerah otonom, sebelum pada tahun 1942,Jepang masuk dan mengganti sistem pemerintahannya menjadi Sukabumi Shi yang dipimpin oleh Shityo.

Setelah merdeka, status kota Sukabumi berubah lagi menjadi kota kecil yang dipimpin walikota, sampai dengan tahun 1957, berganti menjadi Kota Praja, menyusul statusnya kembali berubah menjadi Kotamadya, dan sejak tahun 1999 sampai sekarang statusnya menjadi Daerah Tingkat II Kota Sukabumi

Perjalanan panjang eksisitensi wilayah bernama Sukabumi ini diawali oleh pengusaha asal Belanda Andries Christoffel Johannes de Wilde yang bisa disebut sebagai pendiri Kota Sukabumi. 

Ia merupakan kaki tangan Gubernur Jendral Hindia Belanda saat itu Herman Willem Daendels, merupakan penguasa wilayah tersebut, ia memiliki ratusan ribu hektar di wilayah Pasundan, karena hawanya yang dingin, ia menamai wilayah kekuasaannya itu Soeka-Bumen yang artinya senang menetap. 

Awalnya daerah Sukabumi bernama Goenoeng Parang dengan ibukota Tjikole. Daerah itu sekarang menjadi wilayah kecamatan di Kota Sukabumi. Kalau kita menelusuri jalan di sekitar wilayah tersebut banyak ditemukan bangunan-bangunan tua khas peninggalan jaman Belanda, salah satunya yang dulu kediaman penguasa wilayah Sukabumi sekarang menjadi Gedung Balai Kota, Kota Sukabumi.

Balaikota Sukabumi
Balaikota Sukabumi

Selain di bangunan itu, ada 2 bangunan peninggalan Belanda yang merupakan 2 rumah ibadah dari 2 agama yang berbed, Mesjid dan Gereja letaknya berseberangan seperti Mesjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Jakarta.

Menara Mesjid Agung dan Gereja Sidang Kristus/Jelajahsukabumi.com
Menara Mesjid Agung dan Gereja Sidang Kristus/Jelajahsukabumi.com

Konon katanya Kota Sukabumi dibangun dan direncanakan oleh pemerintahan Hindia Belanda saat itu sebagai kota bisnis. Stasiun kereta api dan relnya sudah terbangun menghubungkan Bogor dan Sukabumi, hotel-hotel sudah terbangun. Mengingat di wilayah tersebut banyak sekali perkebunan-perkebunan teh dan kopi. 

Pabrik pengolahan teh ada di beberapa tempat, d utara ada perkebunan teh Perbawati, sebelah barat Perkebunan teh Goalpara. Keduanya masih eksis, sampai hari ini, produknya kita masih bisa temukan di pasaran dengan merk Teh Goalpara yang berjenis teh hitam.

Namun sangat disayangkan, kota Sukabumi yang dirancang begitu rapih oleh "penjajah" akhirnya harus menjadi semrawut setelah di pegang oleh "pribumi".  

Sekarang, kota Sukabumi seperti lautan pedagang kaki lima, sepanjang jalan di pusat bisnisnya Jalan Jendral A.Yani dan Jalan R.E. Martadinata, pedestrian di kedua sisi dikuasai oleh pedagang kaki lima, jika bisa di bilang ornamen. Pedagang kaki limanya sejatinya ornamen Kota Sukabumi.

Sumber.

https://www.m.kumparan.com/amp/potongan-nostalgia/sejarah-berdirinya-kota-sukabumi-sebagai-pusat-perkebunan-di-priangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun