Mohon tunggu...
Fery. W
Fery. W Mohon Tunggu... Administrasi - Berharap memberi manfaat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penikmat Aksara, Musik dan Tontonan. Politik, Ekonomi dan Budaya Emailnya Ferywidiamoko24@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Jakarta Bisa Mencontoh Bangkok, dalam Mengatasi Polusi

3 Agustus 2019   11:47 Diperbarui: 3 Agustus 2019   14:31 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Polusi udara adalah ancaman yang sangat serius bagi kualitas hidup manusia. Banyak yang masih menyepelekan kondisi ini bahkan tidak peduli dengan kualitas udara yang dihirupnya. Padahal konsekuensi menghirup udara yang sudah terpolusi dalam jangka waktu yang cukup panjang sangat membahayakan kesehatan. 

Polusi udara ini bagi orang yang hidup di kota besar seperti Jakarta menjadi makanan sehari-hari, apalagi Jakarta akhir-akhir ini menurut data Airvisual merupakan salah satu kota paling polutif di dunia. 

Hari Sabtu (3/08/19)  ini misalnya Air Quality Index (AQI) Jakarta berada di angka 174. Artinya, kualitas udara di Jakarta tidak sehat. Peringkat polusi ini tidak tetap dan dapat berubah sewaktu-waktu.

AQI merupakan indeks yang menunjukan besaran kualitas udara disuatu tempat. AQI dihitung berdasarkan 6 jenis polutan udara utama yakni, PM 2,5, PM 10, karbon monoksida, asam belerang, nitrogen dioksida, dan ozon permukaan tanah.

Skala yang dijadikan benchmark oleh AQI memiliki rentang 0-500 semakin tinggi angkanya semakin parah pula kualitas udara di tempat tersebut. Skor 0-5 berarti kualitas udara bagus, 51-100 berarti moderat, 101-150 tidak sehat bagi orang yang sensitif, 151-200 tidak sehat, 201-203 sangat tidak sehat, dan 301-500 ke atas berarti berbahaya.

Dengan AQI berada di posisi 174 berarti  kualitas udara di Jakarta tidak sehat. Kondisi polutif ini menjadi keprihatinan banyak pihak. Penduduk Jakarta mengeluhkan parahnya polusi yang terjadi melalui berbagai cuitan-cuitan di media sosial. 

Secara kasat mata pun terlihat jelas, jarak pandang menjadi pendek seolah kota sedang diselimuti oleh kabut, bukan kabut menyegarkan seperti di pegunungan namun kabut menyesakan pernafasan dan membuat potensi penyakit ISPA meningkat.

Pemerintah daerah DKI Jakarta, merespon kondisi polutif ini dengan menyalahkan pihak lain alih-alih mencari solusi yang tepat, seperti yang diucapkan gubernurnya, Anies Baswedan "Faktanya, polusi ini terjadi karena pola kita dalam melakukan mobilitas banyak yang memakai kendaraan pribadi, ya itulah konsekuensinya jadi polusi seperti ini" Ujarnya di Balaikota beberap waktu lalu seperti yang dikutip dari Tempo.co.

Selain mobilitas masyarakat Anies pun menyalahkan kendaraan-kendaraan berat yang melintasi bagian selatan Jakarta melalui Tol JORR memiliki emisi buang yang buruk tidak seauai standar yang telah ditetapkan. 

"Nanti kita pastikan kendaraan-kendaraan berat yang memasuki wilayah JORR itu mereka penuhi standar emisi sehingga nggak timbulkan masalah," ungkap Anies.

Selalu seperti itu jika masalah timbul di wilayahnya yang dicari adalah kesalahan pihak lain bukan mencari solusi bagaimana mengatasi masalah tersebut. Solusi terkait polusi ini memang pernah diungkapkan Anies yaitu dengan menanam tumbuhan Lidah Mertua, yang di gadang-gadang mampu mengurangi tingkat polusi di Jakarta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun