Mohon tunggu...
Fery. W
Fery. W Mohon Tunggu... Administrasi - Berharap memberi manfaat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penikmat Aksara, Musik dan Tontonan. Politik, Ekonomi dan Budaya Emailnya Ferywidiamoko24@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Setelah Membaca Tempo "Edisi Mawar"

12 Juni 2019   09:00 Diperbarui: 12 Juni 2019   09:33 3016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti kebiasaan di jaman orde baru, apabila sebuah terbitan menulis sesuatu yang sensitif maka edisi yang meliput hal tersebut akan hilang ditelan bumi atau paling tidak sulit sekali untuk mendapatkannya. 

Aksi borong terjadi rupanya agar masyarakat luas tidak memiliki akses informasi terhadap hal yang sensitif itu, berhasilkah? Ya kalau jaman dulu berhasil, jaman now sih ya nehi lah, selain hardcopy tentu saja terbitan seperti Tempo ini punya edisi softcopy juga

Hal ini terjadi pada majalah Tempo  Edisi 10-16 Juni 2019 dengan Berita Utama "Tim Mawar Dan Rusuh Sarinah". Judul yang sangat menarik dan eye catching. Beruntung saya mendapatkan hardcopy majalah tersebut. 

Karya jurnalisme khas Tempo yang menyoroti kerusuhan 21-22 Mei 2019 yang berawal dari aksi demontrasi para pendukung pasangan capres 02 Prabowo-Sandi yang sangat tidak puas dengan hasil pilpres yang telah ditetapkan secara resmi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Tulisan Berita Utama Tempo kali ini dii mulai dengan kalimat provokatif "  Bekas anak buah Prabowo Subianto, Fauka Noor Farid ditenggarai  berada dibelakang aksi unjuk rasa tanggal 21-22 Mei 2019 yang berakhir rusuh."

Ada beberapa nama yang menjadi aktor utama dalam tulisan Tempo kali ini, selain Fauka, ada nama-nama tenar seperti Mayor Jenderal (purn) Kivlan Zen yang saat ini sedang ditahan oleh pihak Polri dengan tuduhan makar. 

Apabila kita menyimak Konpers yang dilakukan pihak Polri dan TNI di Kantor Menkopolhukam kemarin yang menayangkan kesaksian dari para tersangka kerusuhan. Materi tulisan Tempo terkait Kivlan ini sama persis dengan ucapan saksi Iwan Kurniawan dalam konpers tersebut. 

Bagaimana mereka bertemu, Restoran Padang Sederhana  Kelapa Gading yang menjadi tempat rendevouz mereka, dan penyerahan uang sebanyak 15.000 dolar Singapura dalam pecahan 1000 dolar sebanyak 15 lembar, yang kemudian segera ditukarkan menjadi Rp.150 juta. 

Uang tersebut disebutkan untuk keperluan membeli senjata api, yang akan dipakai untuk menghabisi tokoh-tokoh nasional, Wiranto, Luhut Binsar Panjaitan, Budi Gunawan, dan Gorees Mere. Iwan yang menerima perintah bekas atasannya itu, dalam tulisan itu berkata "mendengar namanya saja saya sudah langsung sawan" katanya.

Selain Kivlan, the Role Actor adalah Fauka  Noor Farid. Dia adalah seorang mantan anggota TNI yang juga bawahan Prabowo saat memimpin Kopassus dulu. Fauka merupakan salah satu anggota Tim Mawar yang pada tahun 1998 terlibat dalam penculikan para aktivis yang kritis pada pemerintah orde baru. 

Fauka dinyatakan bersalah dan dipenjara 1 tahun 8 bulan. Tapi dia tidak dipecat dari TNI walau akhirnya pensiun dini dari satuannya tersebut dan bergabung dengan Prabowo di Partai Gerindra.

Terkait dengan aksi unjuk rasa dalam tulisan Tempo tersebut, Fauka terlibat langsung mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan unjuk rasa tersebut. Hal ini diungkapkan melalui transkrip percakapan dia dengan seorang bernama Dahlia Zein ketua Baladhika, organisasi pendukung Prabowo -Sandi. 

Fauka disebut berada disekitar Kantor Bawaslu di jalan M.H.Thamrin mengkoordinasi gerakan aksi tersebut. Namun Fauka membantah semua isi transkrip tersebut. Dia menyatakan  bahwa dia berada jauh dari kantor Bawaslu saat kejadian itu berlangsung  "malam itu saya janjian dengan teman saya, satu angkatan di paspampres. 

Lucu kalau nama saya muncul sebagai dalang kerusuhan" katanya seperti yang dikutip dari wawancara yang dilakukan wartawan Tempo 1 Juni lalu.

Tulisan Tempo mengenai Fauka ini cukup berimbang saya rasa. Fauka diberi ruang yang cukup untuk mengklarifikasi temuan-temuan Tempo terkait tuduhan-tuduhan yang mengarah kepadanya. Bahkan dalam wawancaranya tersebut Fauka  sempat mengungkapkan kekesalannya mengenai tim mawar yang selalu dikaitkan dengan kerusuhan "seperti sekarang saya dikait-kaitkan dengan kerusuhan. Saya Tim Mawar. Siapa yang tidak kenal dengan Tim Mawar? Tidak hadir dalam itu pun saya diisukan itu. Yang rugi siapa kalau saya dikaitkan? Beliau (Prabowo) kan? Ungkapnya.

Beberapa nama lain selain dua Role Actor di atas ada nama Abdul Gani Ngabalin, a.ka Kobra  yang dianggap sebagai panglima organisasi Garda Prabowo yang juga memiliki peran penting dalam aksi itu. Sebagai informasi tambahan kobra ini  merupakan anak buah Hercules penguasa Tanah Abang yang dekat dengan Prabowo.

Mayjen (purn) Soenarko mantan Danjen Kopassus yang sekarang juga berada dalam tahanan, seperti sudah diketahui banyak pihak dituduh menyelundupkan senjata bagi kepentingan aksi 21-22 Mei tersebut.

Ada nama besar lain dalam karya jurnalisme investigatif Tempo kali ini, dia adalah Habil Marati polikus PPP yang sudah malang melintang dunia politik Indonesia. Pengusaha dan Caleg PPP dari Sulawesi Tenggara pada Pemilu 2019 ditenggarai menjadi Donatur eksekusi pejabat. 

Dia memberikan uang sebesar Rp. 60 juta kepada eksekutor empat pejabat. Dan dia sempat menyemangati para eksekutor itu "demi bangsa dan negara, semangat" ujarnya. 

Namun demikian temuan-temuan ini dibantah oleh pihak Habil Marati. Melalui pengacaranya  Sugito Atmo Prawiro, Habil membantah "tak ada relevansi aktivitas pak Habil dengan isu penembakan sejumlah pejabat" ungkapnya.

Selain nama-nama besar diatas ada pula beberapa nama yang memiliki peran cukup signifikan dalam tulisan Tempo kali ini.  Diantaranya Iwan Kurniawan  yng menerima perintah dari Kivlan Zen untuk membunuh 4 pejabat, Asmaizulfi alias Fifi Ketua Gerakan Emak-Emak Peduli Rakyat yang juga merupakan pendukung Prabowo yang keterlibatannya menurut polisi menjual senjata api jenis revolver kepada Iwan senilai Rp. 50 juta.

Untuk lebih lengkapnya silahkan baca Majalah Tempo edisi Mawar ini, ada kok softcopynya di situsnya Tempo.

Karya jurnalistik ini tentu saja tidak akan mengenakan semua pihak. Terdapat pihak yang merasa tidak nyaman dan terganggu dengan tulisan investigatif Tempo kali ini. Walaupun menurut saya Redaksi Majalah Tempo telah mencoba memenuhi kode etik jurnalistik dengan cover both side dan memberikan ruang yang cukup bagi para pihak yang ditulisnya untuk melakukan klarifikasi.

Tim Mawar yang diwakili oleh Pimpinannya telah mengajukan keberatannya dengan mengadukan hal ihwal tulisan ini ke Dewan Pers kemarin dan hari ini akan mengadukanhal yang sama kepada pihak Kepolisian di Bareskrim  Mabes Polri.

Semoga dispute ini bisa diselesaikan dengan elegan dan beradab. Tempo sebagai lembaga jurnalistik diharapkan terus menjadi Fourth estate sebagai pihak yang melakukan kontrol terhadap situasi dan kondisi bangsa ini.

Sumber.

Majalah Tempo Edisi 10-16 Juni 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun