Mohon tunggu...
Fery. W
Fery. W Mohon Tunggu... Administrasi - Berharap memberi manfaat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penikmat Aksara, Musik dan Tontonan. Politik, Ekonomi dan Budaya Emailnya Ferywidiamoko24@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Polarisasi Abadi

26 Mei 2019   02:14 Diperbarui: 26 Mei 2019   02:32 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proses pemilihan presiden untuk masa jabatan 2019-2024 sudah memasuki fase akhir. Walapun Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah menetapkan hasil pemungutan suara untuk kemenangan pasangan 01 Jokowi-Maaruf dengan selisih 11 persen dengan pasangan 02 Prabowo-Sandi. Tapi pertarungan belum berakhir secara resmi karena 02 memasukan gugatan sengketa hasil pemilu ke Mahkamah Konstitusi (MK).

Suasana kebatinan kedua kontestan pilpres beserta para pendukungnya masih dalam kondisi terpolarisasi sangat tajam. Suasana seperti ini memang sudah terjadi sebelum proses pemilu 2019 dimulai, bahkan sudah terjadi sejak pemilu tahun 2014 lalu.

Polarisasi tajam akibat perbedaan iman poltik ini sepertinya oleh para elite sengaja dipelihara demi kepentingan elektabilitas dan dukungan dalam bentuk lain. 

Mari kita lihat bagaimana elite-elite pihak yang tidak puas terhadap hasil pemilu terus menerus melakukan agitasi, framing bahkan disaat pengajuan gugatan ke Mk masih terus berusaha menekan walau secara implisit, kalimat " semoga MK bukan bagian dari rezim"  rasanya menjadi sebuah kode " kalau kalian ga menangin kami maka keadilan itu tidak kami dapatkan, dan ini rezim lalim" kemenangan 01 akan coba di deligitimasi dengan berbagai cara. Kegaduhan politik akibat polarisasi akan terus terjadi meskipun MK sudah memutuskan gugatan tersebut siapapun pemenangnya. 

Rekonsiliasi yang utuh akan sangat sulit terealilasi, walaupun misalnya para elite dari kedua pihak menyerukan dan berupaya untuk menyatukan kembali yang sudah pernah terbelah. 

Di tataran grassroots polarisasi masih akan berlanjut ini karena telah begitu lamanya agitasi berjalan akibatnya tanpa disadari pendukung kedua belah pihak cara berpikirnya jadi berubah, ego sebagai pendukung salah satu dari kedua pihak lebih mencuat. Memandang setiap laku dan kata dari pihak bersebarangan pasti salah. Seperti sudah di brainwash.

Kondisi ini memang sangat mengkhawatirkan. Tetapi sepertinya akan terus berlanjut sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan bahkan bisa jadi polarisasi ini sifatnya abadi, Hardliner vs Moderate. Para pihak terutama elite harus berjuang sangat keras untuk menyatukan kembali semua pihak. Indonesia terlalu berharga untuk tercerai berai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun