Mohon tunggu...
Fery. W
Fery. W Mohon Tunggu... Administrasi - Berharap memberi manfaat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penikmat Aksara, Musik dan Tontonan. Politik, Ekonomi dan Budaya Emailnya Ferywidiamoko24@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Menyambungkan Kembali yang Pernah Terputus

24 April 2019   17:22 Diperbarui: 24 April 2019   17:48 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Temen Saya waktu SMP memposting, seperti ini di wall pribadinya:

"Wajar dalam hidup ada yang suka dan tidak suka, tapi ada juga yang hanya karena berbeda pilihan terus ngemusuhin, ini negara demokrasi Boss siapapun bebas memilih. Kelak yang jadi presidennya toh sudah ketentuan Sang Maha Kuasa. Ga usah jadi baper atau lebay kita ini bukan kanak-kanak. mendukung boleh tapi jangan terlalu fanatik. hingga memutuskan silaturahmi sesama teman/saudara. Dukunglah dengan Doa agar bangsa ini  tambah maju, sejahtera, aman, damai dan kondusif, Amiin YRA"

Setelah membaca postingan itu, tak berapa lama kemudian saya WA dia, ada apa kok postingannya seperti itu, Jawaban dia adalah:

"Ada Banyak contact gw yang biasanya bertegur sapa jadi cuex ga pernah komen lagi malah ada beberapa kontak  yang ngeblok  dan unfriend gw setelah tau pilihan capres gw beda ama mereka"

Kondisi seperti ini terjadi bukan hanya pada temen saya saja sekarang ini. Saya, anda dan hampir sebagian besar rakyat Indonesia mengalami hal seperti ini. hanya karena berbeda pilihan capres pertemanan dan persaudaraan menjadi tidak artinya sama sekali. Media Sosial yang sejatinya dipakai untuk menjadi jembatan penghubung silaturahmi  menjadi ajang menumbuhkan perpecahan  melalui caci maki, hujatan, dan penyebaran hoax, yang sangat efektif bagi kedua belah pihak yang berbeda pilihan Capres.

Media Sosial menjadi pengap oleh polusi ujaran kebencian, hoax, saling serang kedua kubu yang memiliki iman politik yang berbeda terkadang diramaikan pula oleh pihak yang atheis secara politik. Tadinya saya berpikir mungkin setelah tanggal 17 April 2019, pelaksanaan pencoblosan dilakukan, keadaan akan membaik. Ternyata saya Salah, Polusi hujatan, caci maki, terus berlangsung bahkan ditambah dengan berbagai kosa kata baru Quick Count, Real Count, Klaim kemenangan  kedua belah pihak, menjadi amunisi baru buat saling menghujat.

Polarisasi yang berujung permusuhan menjadi semakin tajam, seolah kalau jagoannya masing - masing  tidak terpilih seketika Indonesia akan hancur lebur. 

Sampai kapan kah kita akan terus bermusuhan seperti ini? 

Apakah kita ingin terus bermusuhan dengan sengit begini? 

Apakah permusuhan ini akan terus kita rawat dan diwariskan hingga delapan turunan?

Tidak bisakah kita rekonsiliasi saja ? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun