Gonjang-ganjing perekonomian global akibat berbagai hal terutama kebijakan tarif bea masuk Presiden Amerika Serikat Donald Trump, menimbulkan gejolak di pasar keuangan dan pasar modal di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Dalam dua bulan terakhir, gejolak itu sangat terasa di pasar modal Indonesia. Pasar menjadi sangat volatile, naik turunnya terjadi cukup cepat, dengan level penurunan yang sangat tajam.
Sehingga memaksa otoritas bursa, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengaktifkan trading halt atau penghentian perdagangan sementara karena koreksi sangat tajam terjadi.
Terakhir pada awal April 2025, selepas libur Lebaran, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun bebas hingga 9 persen.
Tentu saja pergerakan harga saham yang terlalu tajam, cenderung tak stabil, tidak sehat bagi kondisi dan prospek pasar modal Indonesia secara keseluruhan serta sangat berpotensi merugikan investor.
Nah, untuk menjaga agar pasar modal lebih stabil, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) memberikan sinyal positif untuk masuk sebagai Liquidity Provider atau pemasok likuiditas di pasar modal Indonesia.
Sebelum membahas lebih lanjut peran beserta segala tantangan dan peluang Danantara nantinya sebagai liquidity provider di pasar modal Indonesia, kita akan mengulas sedikit tentang apa itu pemasok likuiditas tersebut
Sedikit Tentang Apa Itu Liquidity Provider
Dalam dunia keuangan, terutama di pasar modal dan pasar kripto, konsep liquidity provider memegang peranan krusial.Â
Mengutip investopedia, secara sederhana, liquidity provider adalah pihak, bisa organisasi atau perseorangan yang menyediakan aset untuk dimasukan ke pasar yang memungkinkan terjadinya transaksi jual beli dengan lancar.Â
Mereka memastikan bahwa selalu ada pembeli dan penjual yang siap bertransaksi, sehingga pasar tetap aktif dan efisien.
Dasar teori di balik liquidity provider berakar pada konsep likuiditas pasar. Likuiditas mengacu pada kemudahan suatu aset untuk dibeli atau dijual tanpa menyebabkan perubahan harga yang signifikan.