Tak ada yang akan memperdebatkan, bahwa Bulan Ramadan yang saat ini sedang umat Muslim dunia jalani merupakan bulan penuh berkah yang dinanti umat Islam dengan sukacita.Â
Selama 30 hari, Ramadan hadir dengan keistimewaan yang luar biasa, membawa pengaruh positif bagi semua.Â
Di tingkat individu, Ramadan adalah waktu untuk meningkatkan spiritualitas, mempererat hubungan dengan Tuhan, Allah SWT melalui ibadah seperti puasa, sholat, dan membaca Al Quran.Â
Pahala yang berlipat ganda menjadi motivasi kuat untuk meningkatkan iman di bulan suci.
Penting untuk diingat selain bersifat transendental, salah satu manfaat utama Ramadan adalah kesempatan untuk melatih pengendalian hawa nafsu secara kolektif.Â
Hal ini penting mengingat hawa nafsu memiliki kecenderungan untuk mengarahkan manusia kepada perbuatan tercela, sebagaimana yang termaktub dalam Al Quran surat Yusuf ayat 53.
Konsumsi Rumah Tangga Pada Bulan Ramadan "Tak Terkendali"
Namun, rupanya di Indonesia dan mungkin di sebagian besar negara dengan jumlah penduduk Muslim yang dominan, untuk "pengendalian hawa nafsu secara kolektif" dari sisi konsumsi saat momentum Ramadan sama sekali tak terlihat.
Di Indonesia, seperti yang selama ini kita saksikan, rasakan, dan semuanya bisa ditelusuri lewat data- data empirik, yang menunjukan bahwa, belanja mayoritas rumah tangga masyarakat Indonesia pada bulan Ramadan meningkat berkali lipat dibandingkan bulan-bulan lain.
Pola konsumsi masyarakat Indonesia selama Ramadan mengikuti alur yang khas: eskalasi tajam yang terus meningkat seiring dengan semakin dekatnya Hari Raya Idul Fitri.Â
Puncaknya terjadi beberapa hari menjelang Lebaran, ketika pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan platform e-commerce dipenuhi oleh konsumen yang berburu berbagai kebutuhan.Â