Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pergeseran Subsidi Energi, Antara Rasa Keadilan dan Ketidakpastian

30 November 2024   15:17 Diperbarui: 1 Desember 2024   09:56 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-- Angkutan Kota D08 mengisi bahan bakar minyak (BBM) subsidi Pertalite di SPBU di Depok, Senin (5/9/2022). (KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO)

Kerumitan masalah subsidi energi, terutama untuk bahan bakar minyak (BBM), gas, dan listrik, telah menjadi persoalan klasik yang berulang sejak puluhan tahun lamanya. 

Setiap pemerintahan di Indonesia selalu dihadapkan pada dilema ini, terutama saat harga minyak dunia melonjak atau di awal masa pemerintahan baru

Setiap pemerintahan di Indonesia, siapapun presidennya hampir selalu menghadapi situasi klasik ini. 

Meski demikian, belum ada satu pun pemerintahan yang mampu secara tuntas menemukan solusi terbaik.

Pemerintahan saat ini di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo tengah berjibaku mencari skema subsidi energi yang dianggap "terbaik" dan lebih efektif, ala Kabinet Merah Putih.

Skema subsidi yang sebelumnya bersifat terbuka, langsung pada produknya, kini bergeser menjadi skema 'blending' atau campuran. 

Artinya, subsidi tidak hanya diberikan langsung kepada barang, tetapi juga sebagian dialokasikan dalam bentuk bantuan langsung tunai (BLT) kepada masyarakat yang berhak.

Diksinya memang baru "dikurangi" diganti menjadi "blending" meskipun dalam praktiknya sebenarnya tak ada yang baru.

Dengan skema yang tak baru-baru amat ini, BBM bersubsidi seperti Pertalite dan solar, serta gas elpiji 3 kg, masih tersedia, namun dengan alokasi yang lebih terbatas dan ditujukan untuk sektor-sektor tertentu. 

Misalnya, BBM bersubsidi jenis Pertalite atau solar bersubsidi hanya diperuntukkan bagi transportasi umum berplat kuning. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun