Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Sillicon Valley Bank Ambruk, Tak Akan Berdampak terhadap Perekonomian Indonesia?

13 Maret 2023   14:38 Diperbarui: 13 Maret 2023   14:48 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada sebuah acara konferensi teknologi digital dan start-up bertajuk The Annual Upfront Summit 2023 yang dilaksanakan di Los Angeles Amerika Serikat, awal Maret 2023 pekan lalu, CEO Silicon Valley Bank (SVB) Greg Becker dengan penuh kebanggaan berkata 

"Kami bangga menjadi Lembaga keuangan terbaik yang menjadi partner (para start-up) di masa sulit ini," ujarnya, seperti dilansir Bloomberg.com. Sabtu (11/03/2023) akhir pekan lalu.

Ya, menurut versi Majalah Ekonomi Forbes yang dikenal cukup kredibel, SVB tercatat sebagai salah satu bank terbaik di Amerika Serikat untuk tahun 2022.

Eh, seminggu kemudian Bank terbaik, yang nasabah utamanya perusahaan-perusahaan Start-Up dan para angel investor tersebut, kolaps, dinyatakan bangkrut, dan resmi ditutup oleh Otoritas Keuangan AS dan diserahkan kepada Lembaga Penjaminan Simpanan AS (FIDC), karena kekurangan likuiditas.

Proses kebangkrutan SVB berlangsung sangat cepat hanya 44 jam saja, dimulai pada Rabu 8 Maret 2023, SVB mengumumkan bahwa mereka membutuhkan dana  untuk menopang neraca keuangan bank senilai US$ 2,25 milyar atau Rp.33,75 triliun.

Untuk itu, manajemen SVB terpaksa menjual aset-aset sekuritasnya berupa obligasi yang tersedia untuk dijual dengan konsekuensi akan merugikan SVB sebesar US$ 1,8 milyar.

Langkah tersebut memunculkan Trust Issue, sehingga memicu kepanikan nasabahnya, terutama para pemilik modal ventura yang menjadi nasabah utama SVB.

Esok harinya, nilai saham SVB langsung terjun bebas dan pada saat bersamaan, nasabahnya beramai-ramai  menarik dananya di SVB secara bersamaan atau dalam istilah perbankan disebut "rush" senilai  US$ 42 milyar atau Rp. 630 triliun.

Terpapar rush, pada batas jam penutup transaksi hari itu, saldo SVB langsung menjadi minus US$ 958 juta, dan gagal mendapatkan jaminan yang cukup dan  pembiayaan dari sumber lain.

Sebelumnya dinyatakan bangkrut oleh otoritas keuangan AS pada hari Jumat (10/03/2023), saham bank yang didirikan di Santa Clara pada tahun 1983 ini sempat anjlok hingga 49 persen, padahal pada hari sebelumnya  saham perusahaan tersebut sudah mengalami crash cukup dalam hingga 60 persen.

Alhasil, mengutip  Bloomberg.com pelaku pasar di Bursa Wall Street menjadi panik, indeks Dow Jones turun hingga 1.07 persen, Indeks S&P 1,45 persen, dan Bursa Nasdaq meluncur turun 1,76 persen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun