film "Avatar: The Way of Water" di salah satu bioskop di Kawasan SCBD, Jakarta.
Pertengahan Desember 2022, saya mendapat undangan dari salah satu perusahaan teknologi untuk menontonTentu saja saya antusias untuk menyaksikan film yang merupakan kreasi kelas wahid dari sineas top dunia James Cameron.
Apalagi dari sejumlah resensi yang saya baca sebelumnya, mendapat gambaran bahwa film squel dari Avatar yang dirilis 13 tahun lalu ini secara teknis dan visual sangat memukau, meskipun dalam hal cerita karena goal dan musuhnya masih sama, membuat alur ceritanya tak ada perbedaan dengan prequel-nya.
Dan benar, setelah saya menonton, visualnya memang luar biasa keren, penuh warna indah alam namun lebih "surealistik". Serasa menyaksikan Channel Discovery dalam versi yang lebih indah dan berwarna.
Dalam membangun pengetahuannya, Avatar:The Way of Water, hadir dengan expansi gambaran Pandora yang berbeda.
Meninggalkan Omiticaya yang menjadi pusat latar dalam film Avatar sebelumnya, dan membawa penonton pada gambaran peradaban Metkayina penguasa perairan Pandora dengan fokus pada Jake Sully dan keluarganya.
Metkayina di eksplorasi sedemikian rupa, sehingga melahirkan detil visual yang sangat indah, dengan tampilan itu kebaruannya menjadi sangat terasa seperti udara segar dalam film itu.
Format pembangunan setting inilah yang menjadi pembeda "Avatar:The Way of Water" dengan "Avatar" 13 tahun lalu.
Karena, karakter para pemerannya pun tak jauh berbeda meski dalam film squelnya ini ensemble cast -nya lebih luas dan beragam  dibandingkan prequelnya.
Cameron membawa kembali nama-nama seperti Zoe Saldana, Sam Worthington, Sigourney Weaver, hingga Stephen Lang untuk memerankan karakter dalam film tersebut seperti dalam Avatar.
Meski untuk Zaldana frekuensi screen time-nya tak sebanyak dalam Avatar, tapi penampilannya terasa lebih kuat.