Gelaran Piala Dunia 2022 di Qatar yang kini sudah memasuki babak 4 besar memang penuh drama di di luar dan di dalam lapangan.
Berbagai cerita yang melahirkan konflik dan perdebatan menjadi bagian tak terpisahkan dari Piala Dunia yang pertama kali diselenggarakan di kawasan TImur Tengah tersebut.
Drama di Luar Lapangan
Jauh sebelum Piala Dunia 2022 bergulir, rangkaian drama sudah tersaji. Penunjukan Qatar sebagai tuan rumah saja merupakan drama tersendiri.
Perdebatan kelayakan Qatar mengemuka, masalah demografi dan geografi yang berhubungan dengan suhu udara dan cuaca , serta budaya menjadi sorotan luas masyarakat internasional.
Drama yang kemudian meruntuhkan rezim kepemimpinan Sepp Blater di Federasi Sepakbola Internasional, FIFA.
Tak sampai disitu, para petinggi FIFA pun harus merasakan dinginnya tembok penjara karena tuduhan korupsi.
Saat persiapan Piala Dunia dilaksanakan Pemerintah Qatar, kembali drama bermunculan di sana-sini terutama masalah pembangunan infrastruktur yang dikabarkan menelan korban jiwa ribuan orang pekerja migran.
Lembaga Kemanusian global, seperti Amnesty Internasional bersuara sangat keras terkait masalah korban jiwa pekerja migran yang kebanyakan berasal dari Asia Selatan tersebut.
Jumlah uang yang dihabiskan untuk persiapan, dengan membangun 6 stadion baru dan infrastruktur pendukungnya memunculkan kontroversi lain, tak kurang dari Rp.3.000 triliun digelontorkan untuk kebutuhan itu.
Sesaat sebelum pelaksanaan turnamen sepakbola 4 tahunan paling akbar sejagat itu, drama budaya dan syariat agama muncul.
