Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gas Air Mata Bukan Penyebab Langsung Kematian Korban dalam Tragedi Kanjuruhan?

6 Oktober 2022   15:46 Diperbarui: 6 Oktober 2022   15:48 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tragedi kerusuhan sepakbola di Stadion Kanjuruhan Malang yang menurut data terakhir menewaskan 131 orang, menjadi keprihatinan masyarakat dunia.

Media asing, mulai dari belahan utara Benua Amerika, Eropa, hingga belahan Selatan Afrika ramai-ramai memberitakan tragedi yang seharusnya bisa dihindari tersebut.

Media Amerika Serikat yang cukup dihormati, koran New York Times pada 3 Oktober 2022 di halaman depannya memuat berita tentang tragedi Kanjuruhan dengan judul "Fatal Stempede for Exit as Police Fired Tear Gas"

Menurut studi tentang kedaruratan massal seperti yang saya cuplik dari The Conversation, Istilah "stempede" yang banyak digunakan oleh media asing dalam memberitakan tragedi Kanjuruhan tersebut adalah sebuah fenomena ketika kerumunan masa tak terkelola dan terkontrol sebagaimana mestinya, sehingga alur alir kerumunan massa tiba-tiba bergerak tak beraturan.

Biasanya hal tersebut merupakan gabungan dari situasi panik,lari, desak, dorong, himpit-himpitan, saling injak bahkan dalam beberapa kasus hingga saling serang untuk menuju exit door.

Lazimnya situasi seperti ini terjadi dalam konteks menonton pertandingan olahraga, pertunjukan musik, acara-acara keagamaan, dan kampanye yang jumlahnya massa-nya sangat besar di sebuah ruangan yang ada pembatasnya, bukan di jalanan.

Secara umum stempede hanyalah merupakan simptom atau gejala yang dipicu oleh berbagai faktor, diantaranya kerusuhan, bencana (gempa bumi sehingga membuat bangunan roboh), serangan teroris, maupun agresi petugas keamanan atau gabungan beberapa faktor tersebut.

Ciri khas kematian yang diakibatkan oleh situasi stempede ini antara lain berupa trauma di bagian kepala dan dada lantaran benturan akibat terinjak, terjatuh, saling berdesakan dan kekurangan oksigen.

Dalam tragedi Kanjuruhan, menurut informasi yang sayang kumpulkan dari berbagai media faktor pemicu terciptanya stempede itu adalah tingkah anarkis aparat keamanan yang sangat agresif menembakan gas air mata ke arah tribun penonton.

Apalagi kemudian didapati bahwa pintu keluar terkunci dan jalan menuju pintu keluar tersebut sangat kecil dan bertangga curam.

Seiring dengan itu, menurut Plt Direktur Utama Rumah Sakit Syaiful Anwar Malang Dr Kohar Hadi Santoso seperti yang saya kutip dari Kompas.Com, penyebab kematian korban rata-rata adanya trauma di kepala dan dada karena benturan yang disebabkan oleh terinjak, terjatuh, dan saling berdesakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun