Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jebakan Psikologis dalam Cerita Rekayasa Ferdy Sambo, Mengingatkan Saya pada Konsep Priming dalam Film "Focus"

15 Agustus 2022   07:02 Diperbarui: 15 Agustus 2022   09:17 1504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apabila ditelaah secara seksama, alur cerita rekayasa ciptaan Irjen Pol Ferdy Sambo dalam menutupi kasus kejahatan pembunuhan Brigadir Nofriansyah Joshua Hutabarat alias Brigadir J yang diduga dilakukannya, sebenarnya cukup cerdik.

Apalagi jika kita mendengar kisah pengkondisian secara psikologis yang diungkapkan Menkopolhukam Mahfud MD saat diwawancarai Deddy Cobuzier seperti yang saya saksikan lewat channel Youtube Close The Door
Dalam bahasa Mahfud pengkondisian secara psikologis agar cerita rekayasa Ferdy Sambo dipercayai banyak pihak disebut sebagai "jebakan psikologis."

Meskipun secara common sense yang kemudian melahirkan logika publik, cerita rekayasa Ferdy Sambo itu dianggap penuh kejanggalan, tetapi skenario itu sepertinya telah disiapkan secara cermat, meskipun masih terlalu banyak kelemahannya.

Kelemahan itu datangnya bukan dari kebodohan sang dalang, tetapi datang dari sikap overconfident dan kesombongannya sehingga melahirkan kecerobohan.

Tapi ya memang tak akan pernah ada kejahatan yang sempurna, apapun penyebabnya.

Jebakan Psikologis

Mahfud menyebutkan bahwa skenario tembak menembak dengan hulu cerita pelecehan seksual terhadap istrii Ferdy Sambo, Putri Candrawathi.

Prakondisinya sudah dilakukan Ferdy Sambo sebelum cerita itu dirilis resmi oleh Polisi ke publik.

"Yang kemarin kita berdebar-debar kan soal tembak menembak ya, itu bukan main tuh pra-kondisinya sebelum skenario itu dimunculkan. Tidak banyak yang tahu misalnya sudah ada jebakan psikologis kepada orang-orang tertentu untuk mendukung bahwa itu tembak menembak, siapa itu? Salah satunya Kompolnas" ujar Mahfud.

Bentuk jebakan psikologis itu menurut Mahfud, saat Ferdy Sambo memanggil Kompolnas dan beberapa pihak lainnya hanya untuk menceritakan bahwa dirinya teraniaya sambil berurai air mata, berulang-ulang.

"Kompolnas itu dipanggil oleh pak Sambo, diundang ke kantornya. Hanya untuk menangis di depan Kompolnas, saya teraniaya, kalau saya sendiri ada disitu, saya tembak habis dia. Apa yang terjadi, saya dihina, saya didzalami." Ungkap Mahfud.

Mengapa oleh Mahfud hal tersebut disebut sebagai jebakan psikologis, lantaran jarang sekali, atau hampir tak pernah terjadi seorang Jenderal menangis dan mengaku teraniaya di depan hampir setiap tamunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun