Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Indonesia Tak Akan Menjadi Negara Bangkrut Seperti Sri Lanka, Meski Tetap Harus Mewaspadai Stagflasi

15 Juli 2022   07:00 Diperbarui: 17 Juli 2022   21:32 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belakangan ada beberapa pihak yang "menakut-nakuti" bahwa kebangkrutan ekonomi Srilanka bakal menular ke Indonesia.

Bahkan, ada diantaranya yang seolah "berharap" Indonesia mengalami kebangkrutan ekonomi seperti Srilanka, yang akan membuat rakyat marah sehingga  bakal mengguncang stabilitas politik dan keamanan di Indonesia yang pada akhirnya membuat Presiden Jokowi harus turun dari jabatannya, seperti saat Soeharto lengser akibat krisis moneter pada tahun 1998.

Namun, sepertinya harapan para pihak tersebut tak akan kesampaian karena faktanya, jika ditinjau dari sisi ekonomi keadaan Indonesia jauh lebih baik dibandingkan dengan Srilanka.

Kondisi ekonomi Srilanka yang disebut sebagai "negara bangkrut" memang cukup menyedihkan. Srilanka gagal membayar utang luar negerinya senilai US$ 51 miliar atau Rp.765 triliun.

Pemerintahnya juga kehabisan cadangan devisa yang menurut sejumlah media bisnis tinggal tersisa US$ 1,6 miliar atau Rp 24 triliun, hanya cukup untuk membiayai impor selama beberapa minggu saja.

Inflasi meroket hingga 50 persen,karena persediaan bahan kebutuhan pokok dan energi menjadj jarang, akibatnya harga jualnya menjadi tinggi.

Sementara utang lain yang masih harus ditanggung Srilanka mencapai US$ 45 miliar atau senilai Rp. 675 triliun.

Rasio utang Srilanka terhadap Product Domestik Bruto (PDB) nya mencapai 106 persen. Di sisi penerimaan negara, Srilanka benar-benar kesulitan men-generate revenue-nya lantaran sektor ekonomi andalannya, pariwisata hancur terhantam Pandemi Covid-19.

Belum habis penderitaan akibat pandemi, situasi geopolitik yang tak kondusif akibat perang Ukraina-Rusia membuat kepedihan ekonomi Srilanka makin dalam.

Harga pangan dan energi naik tak terkendali akibat perang, ekonomi swasta terpuruk akibat pandemi.

Belanja pemerintah Srilanka yang seharusnya menjadi semacam shock absorber ekonomi nasional saat swasta terpuruk, merosot tajam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun