Polemik di negeri ini tak pernah ada habisnya, datang silih berganti, patah tumbuh hilang berganti, seolah jika polemik tak hadir di tengah publik, kehidupan terutama di media sosial serasa tak berwarna, tak asyik lagi.
Belakangan yang ramai menjadi bahan polemik adalah ihwal pengelolaan Bandara Kualanamu yang berada di Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.
Sejumlah pihak yang selama ini kerap bersuara sumbang terhadap Pemerintah, menyebutkan bahwa Bandara yang mulai beroperasi tahun 2013 ini dijual oleh Pemerintah Jokowi kepada Perusahaan India.
Salah satu pihak yang pertama kali "menggoreng" isu penjualan bandara ini adalah Said Didu mantan Sektetaris Kementerian BUMN era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Lewat akun Twitter pribadinya @msaiddidu, menyoroti "penjualan" bandara terbesar di Pulau Sumatera ini.
"Bagi yg paham korporasi, jika sudah menyangkut pelepasan saham itu berarti sudah penjualan asset - bukan lagi Joint Operation. Joint Operation adalah para pihak memasukkan modal utk mengelola fasilitas dan berbagi laba sesuai kesepakatan - tdk ada perpindahan saham. Jelas?" tulisnya seperti dilansir Kompas.Com pada Jumat (26/11/21).
Cuitan ini kemudian mendapat tanggapan beragam dari netizen, seperti biasa warganet +62 menjadi terbelah ada yang mendukung tetapi banyak juga yang menentang.
Meskipun, jika diamati dari cuitannya sepertinya sebagian besar dari mereka yang hilir mudik berpendapat dipostingan Didu  itu tak tahu benar apa yang terjadi sebenarnya dengan "penjualan Bandara Kualanamu" kepada pihak asing tersebut.
Padahal jika mau sedikit saja membaca dan mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi pada isu tersebut, Â bisa dengan mudah memahami bahwa itu adalah skema bisnis biasa yang tak ada urusannya dengan menjual aset negara seperti yang ingin dikesankan oleh Didu.
Melalui riset sederhana saya mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya yang terjadi dengan polemik pengelolaan Bandara Kuala Namu tersebut.
Melansir sejumlah media daring, awal mula polemik ini saat PT. Angkasa Pura II sebagai BUMN yang salah satunya mengelola Bandara Kualanamu mengumumkan terpilihnya GMR Airports Consortium sebagai mitra strategis untuk mengembangkan Bandara tersebut.