Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dominasi Hantu Perempuan di Indonesia dalam Perspektif Feminis

1 November 2021   08:12 Diperbarui: 1 November 2021   09:36 7564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Eh ketika perempuan itu sudah jadi korban dan meninggal untuk kemudian karena keinginannya untuk membalas dendam kepada para pelaku kekerasan terhadap dirinya ia jadi mahkluk halus jahat yang bergentayangan.

Mengganggu manusia hidup, bahkan perempuan -perempuan hantu itu membunuhi pelaku kekerasan terhadap dirinya saat ia jadi manusia dulu.

Artinya perempuan hantu tersebut 2 kali jadi korban masih hidup eh setelah meninggal pun ia masih saja dianggap tokoh antagonis.

Sial banget kan nasib hantu-hantu perempuan ini, nah itu lah mengapa para feminis menyebut urban legend apalagi yang kemudian yang telah diadaptasi ke dalam sebuah film, menyebutnya sebagai upaya reviktimisasi korban kekerasan seksual.

Reviktimisasi seperti dikutip dari ensiklopedia feminisme memiliki kata dasar viktimisasi yang berarti pemerosotan martabat perempuan.

Jadi retiviktimisasi dalam kasus pemerkosaan atau kekerasan seksual yang dialami para perempuan yang jelas-jelas menjadi korban kemudian menjadi hantu dan kembali disalahkan.

Di dunia nyata kejadian reviktimisasi terhadap kasus-kasus pemerkosaan perempuan oleh laki-laki, ia disalahkan atas kejadian pemerkosaan tersebut lantaran stigmatisasi masyarakat.

Ia diperkosa lantaran berpakaian terlalu seksi, kecentilan atau disebut "perempuan nakal". Masyarakat seolah menormalisasi kasus pemerkosaan karena pemicunya ya perempuan itu dengan segala tindak tanduknya tersebut.

Kontruksi urban legend berbau mistis yang melibatkan perempuan disebut oleh para feminis sebagai upaya untuk melanggengkan kontruksi  patriaki yang didalamnya disebut sebagai upaya untuk menempatkan perempuan sebagai second gender, sehingga layak untuk dilemahkan.

Menurut saya sendiri, mungkin benar "hantu perempuan" yang mendominasi cerita mistis di Indonesia ini merupakan salah satu penggambaran budaya patriaki.

Namun dengan maksud untuk memberi gambaran "jangan sekali-sekali berbuat jahat karena suatu saat kamu akan mendapat balasan".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun