Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Mimpi Buruk Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, akibat Salah Pilih Pemenang Tender?

15 Oktober 2021   11:41 Diperbarui: 15 Oktober 2021   11:49 1095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Biaya proyek yang ditawarkan oleh China saat tender dilakukan sebesar US$ 5,5 milyar seiring perjalanan waktu terlepas dari alasan apapun menggelembung atau mengalami cost overrun menjadi US$ 8 milyar bahkan diatas tawaran yang diberikan oleh Jepang yang hanya US$ 6,2 milyar.

Kemudian, terkait skema pendanaan yang tak melibatkan uang rakyat karena menggunakan skema business to business seperti yang disanggupi China saat tender dilakukan kini tak valid lagi, bukan cuma jaminan yang diberikan pemerintah, bahkan pemerintah harus turun tangan langsung mendanai proyek ini menggunakan APBN yang nota bene-nya uang rakyat untuk pembangun proyek ambisius berbau mercusuar ini.

Padahal kita tahu, Indonesia saat ini tengah membutuhkan dana yang sangat besar untuk pengendalian pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional yang tahun ini mencapai Rp. 744,7 triliun.

Dengan anggaran yang super duper jumbo tersebut defisit APBN pada tahun 2021 ini membengkak menjadi 6 persen, dan dalam jangka waktu satu tahun ke depan dalam penyusunan APBN 2023 harus bisa diturunkan ke angka maksimal 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Dengan dibebankannya sebagian anggaran pembangunan proyek KCJB ini ke dalam APBN, tambah berat saja kondisi keuangan negara mungkin pilihannya harus berhutang lagi.

Sebagai tambahan informasi saja, tahun depan menurut data APBN yang dirilis Kementerian Keuangan Indonesia harus membayar bunga utangnya saja sebesar Rp.405 trliun.

Tapi apa mau dikata, 80 persen proyek pembangunan KCJB ini sudah diselesaikan, secara ekonomi, sosial, dan politik agak sulit bagi pemerintah Jokowi untuk membiarkan proyek ambisius dengan feasebility yang kurang jelas ini tak diteruskan alias dibiarkan mangkrak.

Keputusan Pemerintah Indonesia untuk terus membiayai proyek KCJB berapapun besarnya dan apapun risikonya ini, mungkin sudah masuk ke dalam "sunk cost trap".

Sunk cost trap menurut situs Investopedia merupakan kecenderungan orang atau kelompok yang bertidak secara irasional untuk meneruskan aktivitas yang sebenarnya tidak sesuai dengan harapan mereka, lantaran orang atau kelompok tersebut mengganggap waktu dan biaya yang telah dikeluarkan cukup besar.

Jadi dalam proyek KCJB ini seperti fait accomply bagi pemerintah, suka tak suka ya harus diselesaikan. 

Ya harapannya sih semoga saja memang benar proyek KCJB ini akan memiliki multiplier effect yang besar bagi pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat Jakarta dan Bandung terutama yang berada di sekitar stasiun pemberhentian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun