Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketika Tagar Berbalas Tagar, Buat Apa Coba?

12 Oktober 2021   12:35 Diperbarui: 12 Oktober 2021   12:38 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tagar #Percumalaporpolisi terkait kasus pemerkosaan 3 orang anak oleh ayah kandungnya di Kabupaten Luwu Timur Sulawesi Selatan yang penyidikannya dihentikan oleh Polres Luwu Timur, rupanya direspon secara luar biasa oleh pihak Kepolisian Republik Indonesia.

Bareskrim Mabes Polri secara cepat mengirim tim asistensi ke Polres Luwu Timur untuk mengawal kasus yang viral karena di amplifikasi oleh puluhan bahkan mungkin ratusan warganet beberapa hari lalu.

Jika kita amati secara seksama tagar #percumalaporpolisi itu isinya tak hanya berkaitan dengan peristiwa di Luwu Timur saja, melainkan berbagai kisah yang dituturkan oleh para netizen ketika mereka melaporkan berbagai kasus yang mereka hadapi secara pribadi kepada pihak kepolisian, yang 99 persen tak ditanggapi secara layak oleh pihak Kepolisian.

Lucunya, bukan introspeksi atau berbenah diri yang dilakukan oleh pihak Kepolisian, mereka bahkan menaikan tagar #Polrisesuaiprosedur.

Tagar #Polrisesuaiprosedur mencoba menegaskan bahwa pihak Kepolisian dalam menangani kasus pemerkosaan 3 anak di Luwu Timur itu penyelidikannya sudah dilakukan sesuai prosedur dan aturan yang berlaku di Kepolisian.

Hal ini diungkapkan oleh pemilik akun Twitter @M1_Nusaputra yang merupakan anggota Kepolisian Divisi Cyber Polri. Dalam cuitannya ia mengungkapkan, kasus dugaan pemerkosaan 3 anak oleh ayah kandungnya di Luwu Timur jika memang benar faktanya seperti itu maka si terduga pelaku wajib di hukum berat, namun fakta dan bukti yang ada di lapangan tak menunjukan demikian.

"Namun faktanya tidak demikian saudara-saudari. Hasil visum membuktikan tidak ada kerusakan organ vital seperti yang dinyatakan dalam investigasi mendalam oleh  ini. Selain tulisan ini, bisakah dia buktikan rekam medisnya? Tunjukkan anda tidak mengada-ada!" tulis Yunus dalam cuitannya.

Terlepas dari segala sanggahan yang diungkapkan pihak Kepolisian terkait kasus tersebut. Alangkah lebih baiknya andai semua data dan fakta seperti hasil visum et repertum yang menyatakan bahwa tak ada kerusakan pada organ vital ketiga orang anak terduga korban itu dirilis.

Dan pihak yang kembali mengangkat isu ini jika memiliki hasil visum et repertum yang membuktikan sebaliknya bisa juga dikemukakan, tentu saja tak ke publik tetapi dihadapan mereka-mereka yang berkepentingan langsung dengan kasus ini, agar semuanya jelas.

Apabila ditelisik lebih lanjut tagar #percumalaporpolisi ternyata juga menunjukan testimoni publik terhadap berbagai kasus yang dihadapi oleh warganet, yang sebagian besar diantaranya menyatakan ketidakpuasannya atas pelayanan petugas Kepolisian pada saat menangani kasus yang mereka hadapi.

Mungkin maksud dari warganet mengungkapkan ketidakpuasaanya terhadap Kepolisian itu, agar kedepannya ada perbaikan. Tanpa bermaksud menjatuhkan institusi yang bersangkutan.

Dengan tagar #percumalaporpolisi itu warganet ingin mengungkapkan rasa sayangnya pada Kepolisian Republik Indonesia, agar kembali bisa dipercayai oleh masyarakat Indonesia.

Saya sebagai bagian dari masyarakat memang sudah menyaksikan beberapa perbaikan yang dilakukan oleh pihak Kepolisian yang kini terlihat lebih profesional dan humanis, tetapi ekspektasi pada pihak Kepolisian begitu tinggi sehingga hal itu dianggap belum cukup oleh masyarakat.

Daripada berperang opini lewat tagar di sosmed #Percumalaporpolisi versus #polrisesuaiprosedur mungkin lebih baik intropeksi dan jika masih ada yang kurang baik dalam hal pelayanan dan penanganan kasus kan bisa diperbaiki lagi, tak perlu membangun opini lewat sebuah tagar yang terkesan artifisial dan kekanak-kanakan.

Sebuah institusi sebesar Polri tak perlu lah memainkan tagar sebagai upaya kontra narasi, kita semua juga harus tahu menurut sejumlah sumber bacaan yang saya dapatkan, seorang terduga korban berusaha membuat kasusnya menjadi viral lewat aktivisme tagar lantaran di dunia nyata mereka sulit mendapatkan akses pada keadilan sesuai harapannya.

Makanya kemudian mereka berharap dengan tagarnya itu kasus mereka bisa viral dan mendapat perhatian, karena kita tahu semua begitu sebuah kasus viral dan menjadi perbincangan di dunia maya penanganannya akan cepat dan bisa memuaskan terduga korban.

Sementara ketika sebuah institusi seperti Polri merilis tagar seperti #Polisisesuaiprosedur, saya kira efeknya bagi citra kepolisian akan menjadi kurang baik, apalagi kemudian para netizen menunjukan bahwa yang mengamplifikasi tagar tersebut adalah akun-akun milik Kepolisian sendiri dari Sabang sampai Merauke dan akun-akun yang terindikasi bot.

Jadi ramainya tagar ini seperti bubble yang biasa diusung para buzzer saat mempromosikan dagangan isu yang mereka jual. 

Masyarakat tak perlu penegasan tagar dari pihak Kepolisiaan, perbaiki saja pelayanan kepada masyarakat secara profesional dan dalam kasus di Luwu Timur itu buka kembali kasus tersebut kemudian paparkan hasilnya secara transparan, saya yakin tanpa tagar#Polisisesuaiprosedur masyarakat akan mempercayai dan mencintai kepolisian kok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun