Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena "Cancel Culture" dalam Kasus Saipul Jamil, Positif dan Negatifnya

7 September 2021   11:19 Diperbarui: 8 September 2021   13:28 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Padahal Harvey Weinstein itu orang yang sangat berkuasa dan pengaruhnya sangat luas termasuk pada para politisi dan senator di AS, jangan tanya kekayaannya beuh tajir melintir deh.

Tapi dengan aksi cancel culture publik yang sangat luas, Weinstein berhasil di "take down". Apalagi hanya "sekelas" Saipul Jamil.

Meskipun demikian menurut sejumlah pandit dan pemerhati masalah sosial, fenomena cancel culture ini hanyalah merupakan fenomena kaum urban yang elitis lantaran mereka memiliki literasi digital yang baik.

Efektifitasnya tergantung pada banyak hal, diantaranya pada "kasus" yang mendera obyek cancel culture tersebut. Jika kasusnya terbukti secara common sense mencederai kepentingan masyarakat luas seperti pelecehan seksual misalnya besar kemungkinan bakal efektif.

Selain itu, kemampuan individu atau kelompok masyarakat untuk mengorganisir proses canceling juga menjadi salah satu hal utama yang menjadi dasar keberhasilan cancel culture ini.

Namun demikian jangan lupa menurut salah satu pandit ilmu sosial dari Universitas Indonesia Devie Rachmawati, fenomena cancel culture ini memiliki dampak negatif apabila yang menjadi obyeknya adalah masyarakat biasa yang memiliki sumber terbatas.

"Ketika cancel culture menyerang selebritas, maka mereka masih memiliki karya, yang berpeluang untuk tetap dikonsumsi dan dinilai positif oleh publik lainnya. Sedangkan bagi kalangan biasa, serangan cancel culture akan berpotensi menutup ruang aktualisasi hingga potensi ekonomi." ujar Devie seperti dilansir VOAIndonesia.

Jadi sebenarnya cancel culture ini seperti pedang bermata dua, yang juga berpotensi merugikan masyarakat, untuk itulah dibutuhkan peningkatan literasi digital masyarakat agar mereka mampu memilah secara jernih dan tepat mana yang harus di cancel mana yang harus disikapi secara lebih bijak.

Kembali ke masalah Saipul Jamil tadi hingga titik tertentu cancel culture terhadapnya saat ini memang dibutuhkan, tetapi mungkin dalam jangka waktu tertentu saja sepanjang ia kemudian menunjukan sikap yang lebih baik dan bijak.

Walaupun bagaimana, rasanya kita kok seperti orang yang kejam sekali jika sama sekali menutup kemungkinan bagi Ipul untuk kembali tampil sesuai kapabilitasnya sebagai pedangdut.

Padahal kita tahu dari situlah ia bisa memenuhi penghidupannya. Meskipun tetap saja ia harus belajar banyak dari kasus yang menerpanya saat ini, udah deh hidup biasa aja ga usah lebay.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun