Dan beberapa operasional lainya seperti kebutuhan operasional para perangkat pertandingan, akomodasi para atlet dan catering.
Sementara biaya lainnya dimasukan ke dalam kategori non sports related cost, memperbaiki infrastruktur disekitar venue, seperti jalan, rel kereta api, renovasi hotel dan wisma atlet.
Selain itu untuk Olympiade Tokyo ini ada sejumlah biaya tambahan terkait sejumlah fasilitas protokol kesehatan dalam rangka menghindari penularan Covid-19 diantara atlet, ofisial dan perangkat pertandingan serta panitia penyelenggara.
Kemudian ada tambahan biaya marketing lantaran penundaan penyelenggaraan mereka harus tetap memelihara spirit petandingan di tempat penyelenggaraan pertandingan dan para sponsor.
Memang sepertinya biaya-biaya yang cukup besar untuk sesuatu yang tak berhubungan langsung dengan penyelenggaraan olimpiade ini memberatkan penyelenggara, tetapi mesti diingat manfaatnya bakal terus terasa hingga jauh setelah olimpiade berakhir.
Tuan Rumah penyelenggaraan olimpiade biasanya akan menikmati naiknya pertumbuhan ekonomi di negaranya, lantaran kontruksi infrastruktur besar-besaran dilakukan sehingga menciptakan lapangan pekerjaan yang sangat besar.
Kemudian sektor pariwisata pun akan terkerek naik, meskipun besarannya masih butuh penelitian lebih lanjut
Mungkin ini bisa menjadi pelajaran bagi Indonesia ketika akan mengajukan diri sebagai tuan rumah olimpiade 2032 yang akan datang.
Meskipun angka Olympiade Tokyo 2020 masih merupakan estimasi tetapi mungkin ongkos yang harus disiapkan jika terpilih menjadi tuan ramah tak akan kurang dari Rp.290 triliun, mampu?