Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mencoba Memahami Kiprah Selebritas Indonesia dalam Memiliki Klub Sepak Bola

8 Juni 2021   11:10 Diperbarui: 10 Juni 2021   15:16 1042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi penggemar sepak bola. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Selain itu butuh kesabaran ekstra dalam membangun sebuah klub, tak bisa juga berharap seketika klub tersebut langsung berprestasi atau secara operasional menguntungkan.

Mungkin salah satu yang bisa jadi acuan adalah cara Tanuri bersaudara, Peter dan Yabes dalam mengelola Bali United. Mereka mengelola klub sepak bola asal Bali ini layaknya sebuah perusahaan profesional.

Menurut CEO Bali United Yabes Tanuri, dari sisi korporat, dia mengakui perusahaan membutuhkan modal untuk pengembangan usaha yang lebih besar dan lebih cepat. Selain bisnis klub sepak bola, perusahaan memiliki empat lini bisnis lain, sebut saja event organizer, restoran, merchandise, dan e-sport.

Ia bersama Peter kemudian membawa Bali United Ke pasar modal, menjadi perusahaan go public, sahamnya dijual kemasyarakat. Dengan menjadi perusahaan terbuka, mereka akan lebih dipercaya baik secara nasional maupun internasional, yang pada akhirnya membuat sponsor-sponsor menjadi lebih tertarik.

Kendati demikian, bukan berarti perusahaan tak menelan risiko dari aksi go public tersebut. Tak dipungkiri, harga saham perusahaan akan dipengaruhi oleh sentimen hasil pertandingan setiap kali Bali United bermain. 

Artinya, prestasi klub di masa mendatang akan turut mempengaruhi kinerja bisnis perusahaan.

Lebih lanjut, secara bisnis sepertinya dampak dari exposure televisi juga sangat besar bagi perkembangan sepak bola di Tanah Air. Harga jual hak siar liga Indonesia kian hari kian meningkat, dan klub akan bisa mendapatkan pembagian keuntungan dari situ.

Pada musim kompetisi 2020 lalu PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator liga di Indonesia, membanderol hak siar Liga Indonesia sebesar US$.10 juta hingga US$ 13 juta atau setara dengan Rp. 178 milyar, memang masih jauh dibandingkan hak siar di kompetisi negara di Eropa yang bisa mencapai puluhan bahkan ratusan triliun.

Namun hal ini memperlihatkan potensi bisnis di Industri sepak bola tanah air memang cukup besar, belum lagi dari penjualan tiket penonton, merchandise resmi klub, Sepak bola memang memiliki prospek bisnis yang bagus, jika pengelolaannya dilakukan secara benar dan profesional.

Selain itu, menjadi pemilik klub sepak bola itu kemungkinan mendapat eksposure sangat tinggi mengingat sepak bola ini merupakan cabang olahraga yang paling populer di Indonesia, yang jika terkelola dengan baik akan memberi prestise yang cukup tinggi bagi pemiliknya.

Mungkin hal itu juga sangat disadari oleh para selebritas yang kini menjadi pemilik klub sepak bola tersebut. Selain keuntungan finansial, ada penghargaan psikis untuk memiliki tim olahraga elit, yakni publisitas secara cuma-cuma, pencitraan baik di mata publik, daya pikat untuk tetap bisa bertahan selama mungkin menjadi selebritas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun