Padahal pemerintah sudah melarang siapapun untuk melakukan perjalanan mudik Lebaran, meskipun memang aturan mudik yang dikeluarkan pemerintah terkesan mencla mencle sarat dengan ambiguitas.
Ada yang melakukan mudik sebelum masa pelarangan ditetapkan, ada pula yang hingga menumpang kendaraan yang tak lazim sebagai angkutan manusia untuk menghindari "razia pemudik"seperti menaiki truk pengangkut sayur, ambulan bahkan hingga menaiki mobil derek.
Pemudik memang benar-benar"terniat", mereka mengerahkan segala daya upaya untuk dapat bertemu dengan sanak saudara di kampung halaman ketika suasana Lebaran dalam kerangka mudik.
Seharusnya kita bisa menyadari bahwa pelarangan mudik di tengah pandemi oleh pemerintah buat kebaikan masyarakat itu sendiri agar penularan virus corona tak terjadi dalam skala lebih luas lagi.
Tempaan pengendalian hawa nafsu sepanjang bulan Ramadan, seolah tak berarti apapun ketika harus berhadapan dengan godaan mudik.
Jika kita memang benar-benar mengambil  hikmah dari pengendalian hawa nafsu sepanjang bulan Ramadan ini, seharusnya tak akan terlalu sulit mengendalikan keinginan untuk mudik.
Toh, kita masih bisa pulang dan bersilaturahmi dengan handai taulan di luar momen Idul Fitri, meskipun memang terasa kurang afdol, tapi demi kepentingan lebih besar kenapa tidak.
Seharusnya pelarangan mudik oleh pemerintah itu tak perlu dilakukan, seandainya masyarakat memiliki kesadaran dan mampu memaknai pengendalian hawa nafsu seperti yang dimaksudkan dan menjadi hikmah utama bulan Ramadan.