Fakta  marginalisasi itu memang masih ada, dan terjadi dibanyak sektor kehidupan tetapi sangat terbatas.
Namun, saat ini marginalisasi seseorang karena alasan jender sudah menyusut ribuan kali dibanding saat RA Kartini memperjuangkan emansipasi dirinya dan wanita-wanita Jawa saat awal 1900-an.
Meskipun mungkin masih perlu diperjuangkan hingga titik tertentu, emansipasi perempuan tak perlu juga dilakukan dengan cara-cara yang lebay, seolah perempuan benar-benar dijahati oleh pria, karena pria tak mau dikalahkan oleh perempuan, jadi semacam "clash of gender" atau kompetisi antar jender.
Tapi banyak juga sih yang menginginkan kompetisi antar jender tetap terjadi, karena dengan demikian periuk nasinya bisa terjaga.
Padahal di jaman digital kompetisi antar jender seperti itu "geus teu usum deui" sudah bukannya jamannya lagi. Kita memasuki jaman kolaboratif.
Isu jender saat ini ada menurut saya karena diada-adakan  saja, padahal fakta dilapangan pada umumnya ya baik-baik saja.