Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Surat Wasiat Zakiah Aini Sang Peneror di Mabes Polri, Membuat Kita Miris

1 April 2021   07:26 Diperbarui: 1 April 2021   14:51 4481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Indeknews.com

Begitulah kira-kira cara berpikirnya yang sungguh sangatlah sederhana seperti tersurat sangat jelas dalam kesimpulan yang sepertinya ia ingin ungkapkan melalui aksi "bunuh dirinya" itu.

Bahwa dia harus mati bersama sesuatu yang dibencinya tersebut, lantaran ia sangat yakin hal itu lah yang membuat dirinya meraih satu tiket menuju surganya.

Karena begitu yakin akan tindakannya tersebut membuatnya tak merasa memiliki niat buruk. Sebaliknya justru niat tersebut menurut pemikirannya "sungguh sangat mulia".

Ia benar-benar telah menutup mata hati dan nalarnya, doktrin-doktrin radikalisme telah menyusup dan memenuhi relung pikirannya sehingga tak memberi tempat bagi nalar yang sehat.

Ini lah yang sebenarnya harus benar-benar disikat habis oleh negara ini, seperti yang diungkapkan KH Said Agil, Radikalisme itu bahaya laten yang nyata dan bisa menghinggapi siapa saja.

Di bagian pamungkas surat wasiat itu, sang Wanita muda peneror itu menegaskan ideologi politiknya. Dengan mengutip pemikiran-pemikiran yang berseliweran di dunia maya, tentang betapa terlarangnya Pancasila, demokrasi, yang dianggapnya bakal mencederai pemahaman agama yang ia anut dan sangat diyakininya.

Yang menjadi masalah bukan kekerasan seperti yang ia lakukan, tetapi ide besar dibalik manifestasi kekerasan tersebut yang bisa saja membuat Indonesia kehilangan satu generasi. 

Jangan sampai bonus demografi yang pada tahun 2030-an akan mencapai puncaknya menjadi defisit substansi.

Fakta bahwa 2 aksi terorisme beberapa hari belakangan itu memang cukup mengejutkan, bukan hanya karena kekerasannya semata, tapi setelah mengetahui bahwa para pelakunya datang dari kalangan muda, pertengahan milenial.

Kita semua bisa jadi kaget dengan fakta ini, jangan-jangan selama ini generasi muda kita sudah dicuri oleh paham radikalisme.

Memberantas paham radikalisme ini sepertinya sangat sulit,menimpakan semua pekerjaan tersebut pada negara tak akan mampu menyelesaikan hal tersebut, meskipun negara lah yang harus memimpin upaya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun