Teringat betul saya saat pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa batch pertama vaksin Sinovac yang berasal dari China dengan volume 1,2 juta vaksin telah tiba di Indonesia pada Minggu, 6 Desember 2020 lalu.
Tak lama berselang, entah darimana hembusan penolakan terhadap vaksin asal China ini bergema di media sosial, dengan berbagai dalih mulai dari efikasi-nya hingga masalah kehalalannya.
Sebagian dari mereka berteriak dengan lantang "saya menolak divaksin, jika yang digunakan adalah vaksin Sinovac" keren sekali memang lah kawan-kawan kita nih.
Mereka merisak pemerintah Jokowi begitu rupa saat itu, seolah memilih vaksin Sinovac adalah dosa besar yang tak terampuni, media sosial dipenuhi oleh cibiran dan ungkapan underestimate terhadap pemerintah dan vaksin Sinovac.
Seperti yang diungkapkan oleh akun Twitter @Cantonaisme saat itu menanggapi unggahan @Falla_adinda.
:Pantes campaign vaksinasi nya kenceng banget. Berapa ratus M tuh, biar nanti pas sinovac datang masyarakat udah tenang. Walau sinovac itu...... "
Kemudian ada lagi surat terbuka yang dilayangkan oleh seorang Dokter ahli penyakit dalam asal Cirebon Dr. Taufiq Muhibuddin Wally SP.Pd, yang kemudian dijadikan oleh sebagian netizen untuk mem-bully pemerintah terkait keberadaan vaksin Sinovac.
"Seyogyanya sejawat menyarankan pada Presiden RI, supaya vaksin Sinovac itu, jangan dipakai atau dikembalikan lagi ke negara Cina. Sebab memvaksinasi ratusan juta rakyat Indonesia, dengan keefektifan vaksin sangat rendah, merupakan suatu sandiwara komedi yang sangat besar, dan memalukan kita semua," ujar Dr Taufiq yang tertanggal 13 Desember 2020.
Jika kita mengacu pada hasil social media monitoring yang dilakukan oleh Drone Emprit saat itu, dengan periode pengumpulan data mulai Agustus 2020 hingga November 2020, terdapat 120 ribu twit terkait vaksin Covid-19.
Sentimen percakapan itu terbagi menjadi twit bernada negatif (34 persen), positif (42 persen), netral (24 persen).
Namun, sentimen pada periode tersebut di atas juga fluktuatif. Meski ada beberapa hari di mana twit bernada negatif mendominasi, ada pula hari ketika twit bernada positif atau netral lebih dominan.