Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pablo Neruda, Penyair Peraih Nobel Sastra yang Nyambi Jadi Diplomat dan Politikus

7 Maret 2021   13:54 Diperbarui: 7 Maret 2021   15:19 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

A Song of Despair adalah puisi kesedihan  walau tetap romantis, penuh cinta erotis dan sedikit berbau komunis ala Neruda. Berbicara tentang orang yang merasa ditinggalkan, dia merefleksikan cinta yang telah lama hilang.

Neruda tidak hanya sedang membuat sebuah puisi sedih, tetapi ia juga sedang menciptakan sebuah lagu, ia begitu mempertimbangkan rima dan irama dalam puisinya.

Menurut Gabriel, Neruda adalah seorang pengamat rima yang kompleks, Song of Despair dalam bahasa Spanyol seperti yang ia tulis memiliki ritme dan rima yang nyaris sempurna.

Semua baris dalam bahasa Spanyol itu memiliki empat belas suku kata kecuali baris keempat. Pada bait tentang ditinggalkan, hanya memiliki tiga belas suku kata.

Neruda seolah-olah sengaja membuatnya hanya terdiri dari tiga belas suku kata pada baris keempat. Ia ingin menunjukkan betapa kesepian dirinya, lewat kehilangan satu suku kata.

Selain itu, Pablo Neruda pun sangat lihai memainkan metafora, yang menurut konklusinya adalah nama rumit untuk sebuah pengertian sederhana.

Bagi Neruda metafora itu sesederhana cara memberikan sesuatu dengan membandingkan dengan hal lain.

Kau telan segalanya, seperti jarak
Seperti laut, seperti waktu. 


Dalam dirimu segalanya tenggelam.

Jarak, laut, waktu, dan tenggelam adalah metafora kesedihan yang dipakai Neruda. Dermaga digunakan sebagai simbol pengabaian --- penyebab putus asa --- dalam puisi.

Menggali makna terdalam dalam puisi yang dianggit Neruda itu seperti tak akan pernah ada habisnya.

Sayang usianya tak bisa lebih banyak lagi dari 64 tahun, ia meninggal secara mendadak pada 1973,  2 tahun setelah dirinya menerima Nobel Sastra. 

Sesaat setelah Diktator Cile Augusto Pinochet berhasil melakukan kudeta militer untuk kemudian memegang tampuk kepemimpinan di Chile selama 16 tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun