Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tidak Atas Nama Saya

1 Desember 2020   10:11 Diperbarui: 1 Desember 2020   10:23 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tadi malam, dalam perjalanan pulang menuju rumah, saya berbincang dengan seorang teman terkait situasi terkini Indonesia yang terus gaduh akibat berbagai tindakan yang mengatasnamakan agama.

Beberapa waktu lalu ada kejahatan keji dan sadis yang terjadi di Sigi Sulawesi Tengah meskipun itu jelas bukan tindakan orang beragama, itu tindakan teroris yang tak bisa dikaitan dengan agama tertentu

Tetapi mereka sepertinya merasa tindakannya tersebut berdasarkan agama yang diyakininya dan kemudian mereka atasnamakan sebagai dasar tindakannya tersebut.

Lantas ada pula ceramah yang dilakukan "you know who" yang mengatakan  "jangan salahkan umat Islam kalau besok kepalanya dipenggal di jalan"

Kata "Umat Islam" ini lancar dan kerap kali diucapkan seolah dia dan kelompoknya mewakili seluruh Muslim Indonesia, padahal paling tidak saya dan teman itu menolak diatasnamakan untuk tindakan keji semacam itu.

Teman ini merasakan keresahan yang dalam terkait hal itu, pandangan dan pendiriannya tentang agama yang dipeluknya akan membawa dunia ini pada sebuah kehidupan yang lebih baik, mulai memudar.

Agama Islam yang kami sama-sama peluk atau agama apapun itu sejatinya selalu membawa misi kedamaian, keselamatan, dan keteduhan. 

Islam yang dia dan saya yakini itu menyimpan ketentraman yang dirasakan secara sosial dan spiritual, memiliki keseimbangan antara profan dan sakral secara terukur, tetapi manusia terkadang mendefinisikannya secara parsial sesuai dengan tafsir dan kepentingannya masing-masing.

Namun ironisnya meskipun penafsirannya itu menurut kepentingan dirinya dan kelompoknya dalam saat bersamaan mereka selalu mengatasnamakan berbagai tindakannya itu atas nama umat Islam secara keseluruhan.

Padahal jelas sekali saya dan teman saya atau mungkin sebagian besar umat Islam tidak pernah merasa setuju apalagi merasa pernah menitipkan aspirasi kami pada mereka untuk bertindak keji, sadis dan melanggar aturan yang telah ditetapkan.

Acapkali ruang-ruang manifestasi beragama ini diisi oleh sistem-sistem pengetahuan bersifat dogmatis, yang dibangun melalui nilai-nilai ketakutan.

Padahal semestinya kita tahu eksistensi  sebuah agama termasuk Islam akan menjadi paripurna manakala agama itu terintegrasi ke dalam jiwa-jiwa yang terbuka tanpa kekerasan dan ketakutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun